WELCOME TO AlbertAnakTambang's Blog

Selamat Datang di Blog Saya

Senin, 09 Agustus 2010

albertanaktambang

Proses tektonik

Kerak bumi (crust) terdiri dari dua jenis lempengan (plate) yaitu lempeng samudera (oceanic plate) dan lempeng benua (continental plate). Lempeng benua lebih tebal dibandingkan lempeng samudera. Namun densitas lempeng samudera lebih besar dari pada lempeng benua. Kedua jenis lempeng tersebut berada dalam posisi mengapung di atas mantel bumi yang berupa semi-cairan yang sangat panas yang dikenal dengan magma. Cairan panas tersebut tidak diam, melainkan berputar atau mengalir mengikuti pola konveksi akibat perbedaan temperatur yang tinggi antara inti bumi dan mantel bumi. Aliran konveksi tersebut mempengaruhi kestabilan lempeng benua dan lempeng samudera sehingga lempeng-lempeng tersebut bergerak bahkan saling bertabrakan satu sama lain. Pada saat lempeng samudera bertabrakan dengan lempeng benua, karena memiliki desitas lebih tinggi, maka lempeng samudera melesak atau menunjam (subducting) ke bawah lempeng benua. Inilah yang terjadi di bagian selatan pulau Jawa dan bagian barat pulau Sumatera. Lempengan Indo-Australia yang memuat Australia, India dan Samudera Hindia melesak ke bawah lempeng Eurasia yang memuat benua Asia, termasuk Indonesia. Pada saat menghunjam ke bagian yang lebih dalam dimana temperatur dan tekanannya lebih tinggi, lempeng samudera tersebut meleleh menjadi magma. Adanya rekahan-rekahan di bagian lempeng benua sebagai akibat dari gesekan dan tabrakan tadi membuka jalan bagi magma untuk menerobos ke atas mendekati permukaan bumi sekaligus mendorong lempeng benua membentuk gunung api. Proses ini disebut intrusi magma. Sebenarnya, deretan gunung api semacam inilah yang membentuk Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan pulau-pulau dengan gunung api lain sampai ke Laut Banda. Terkadang magma tersebut memperoleh jalan untuk menuju ke permukaan bumi dan muncul sebagai lava. Ini terjadi pada saat terjadi letusan gunung api.

Jumat, 06 Agustus 2010

Analisis Kuliah Lapangan Petrologi


Kuliah Lapangan Petrologi di Noe Fautmetan-desa Oeletsala, Kabupaten Kupang, propinsi Nusa Tenggara Timur. Daerah dengan formasi batuan Komplek Bobonaro (Tmb) ini bisa dibilang memiliki batuan yang lengkap, mulai dari batuan beku, sedimen dan metamorf. Kebanyakan batuan ada di laboratorium petrologi.
Banyaknya bongkahan rijang dan gamping karbonatan dengan fosil-fosil laut di dalamnya membuktikan bahwa Pulau Timor mengalami pengangkatan dari dasar laut.
Batuan beku yang terbentuk pada daerah ini cenderung memiliki komposisi magma intermediet, seperti diorit, diorit porfir, granodiorit dan andesit porfir. Namun ada juga batuan beku yang cukup dominan yaitu dari batuan beku ultra basa. Peridotit hadir dalam ukuran kerakal bahkan sampai bongkahan dengan ukuran mencapai 3 meter. Pada alur sungai tidak terlihat adanya singkapan batuan-batuan ini pada dinding-dinding sungai, yang menandakan bahwa batuan induk dari batuan beku ini tersingkap bisa pada hulu sungai, karena tidak adanya anak sungai, kalaupun ada lebarnya sangat kecil (nonok) yang tidak memungkinkan mentransportasikan bongkahan batuan tersebut.
Batuan sedimen berupa batu pasir, dan batuan karbonatan serta rijang. Batuan karbonatan berupa gamping, baik itu kalsirudit, kalkarenit dan kalsilutit, namun banyak juga gamping dengan fosil-fosil di dalamnya. 
Pada bagian hulu sungai di bagian selatan, terdapat singkapan mineral mangan hidrotermal dengan dimensi 7,5m x 5m x 5,5m. Kehadiran mineral mangan sebagai singkapan satu-satunya merupakan indikasi adanya sesar naik yang terjadi pada regional daerah tersebut.