WELCOME TO AlbertAnakTambang's Blog

Selamat Datang di Blog Saya

Rabu, 27 Oktober 2010

Teknik Eksplorasi Mineral

Teknik Eksplorasi

1. PENDAHULUAN
Seluruh kegiatan eksplorasi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan potensi sumber daya mineral (resources) yang terdapat dibumi menjadi cadangan terukur yang siap untuk di tambang (miniable reserve).
Tahapan eksplorasi ini mencakup kegiatan untuk mencari dimana keterdapatan suatu endapan mineral, menghitung berapa banyak dan bagaimana kondisinya, serta ikut memikirkan bagaimana sistem pendayagunaannya.

Kajian ekonomi pada kegiatan eksplorasi ini perlu dilakukan terutama pada :
- Tahap menuju eksplorasi rinci (analisis ekonomi eksplorasi)
- Tahap sebelum penambangan (analisis ekonomi endapan)
- Mineral / studi kelayakan, (ekonomi makro)
Beberapa ilmu penunjang yang mendukung kegiatan eksplorasi ini antara lain :
- Geologi, mineral, genesa bahan galian
- Teknik eksplorasi, geofisika, geokimia
- Analisis cadangan, geostatistik
- Hidrogeologi, geoteknik
- Ekonomi endapan mineral
Secara umum aliran kegiatan/eksplorasi endapan bahan galian dimulai dengan kegiatan prospeksi atau eksplorasi pendahuluan yang meliputi kegiatan persiapan di kantor (kompilasi foto udara, citra landast, GIS, peta-peta yang sudah ada, atau laporan yang tersedia) sampai kepada survei geologi awal yang terdiri dari peninjauan lapangan, pemetaan geologi regional, pengambilan contoh (scout sampling) serta memetakan mineralisasi endapan untuk mengetahui apakah kegiatan eksplorasi ini bisa dilanjutkan atau tidak.
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan eksplorasi detail (rinci) yang meliputi pemetaan geologi rinci serta pengambilan contoh dengan jarak yang relatif rapat sesuai dengan sifat endapan bahan galian termaksud. Contoh-contoh yang diperoleh kemudian dianalisis di laboratorium untuk ditentukan kadar, sifat fisik lain yang menunjang kegiatan penambangan.
Perhitungan cadangan dilakukan dengan berbagai metode perhitungan yang sesuai untuk jenis endapan tertentu, antara lain dengan cara area of influence, triagular grouping,cara penampang, cara block system dan lain sebagainya. Secara konvensional sampai kepada cara geostatistik (kriging).





































Gambar . Aliran Kegiatan Eksplorasi Secara Umum

2. GENESA BAHAN GALIAN
Bahan galian selalu dihubungan dengan material di alam yang dapat ditambang secara ekonomis. Bahan galian tersebut bisa berupa bijih (mengandung logam) ataupun mineral industri (mineral berharga), baik yang terdapat di bawah permukaan maupun yang tersingkap di permukaan.
Selanjutnya akan diuraikan secara singkat bagaimana terbentuknya (genesa) bahan galian tersebut baik yang primer (terjadinya berhubungan langsung dengan aktivitas pembekuan magma) ataupun yang sekunder (terbentuk akibat proses-proses selanjutnya yang umumnya terjadi di permukaan).
Endapan primer dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam jenis menurut urutan-urutan pembekuan magma, yang secara umum dapat disederhanakan sebagai berikut :
- Endapan magmatik cair
- Endapan pegmatitik
- Endapan pneumatolitik
- Endapan hidrothermal
Endapan magmatik cair terbentuk pada awal pembekuan magma yang umumnya di endapkan mineral-mineral dengan titik beku/leleh yang tinggi (>600 0C). misalnya endapan bijih kromit, magnetit, nikel dan lain-lain. Pada tahap ini memungkinkan suatu endapan bahan galian terbentuk secara homogen dan relatif mempunyai penyebaran yang luas serta berdimensi besar. Hal ini bisa terjadi akibat pemisahan/segresi suatu mineral tertentu terhadap mineral lainnya yang mungkin belum stabil pada lingkungan ini.
Pada endapan pegmatilitik yang mempunyai temperatur pembekuan sekitar 400-500 0C. Memungkinkan terbentuknya mineral-mineral dengan kristal yang besar akibat pembekuan magma yang relatif lambat.
Ciri utama dari endapan pneumatolitik adalah adanya pengaruh gas dominan sehingga memungkinkan terbentuknya mineral-mineral bijih berharga.
Endapan hidrotermal terbentuk relatif di dekat permukaan yang umumnya berbentuk urat (vein) atau veinlet yang banyak mengandung mineral berharga.
Endapan hidrotermal ini dapat dibagi lagi dalam :
- Katatermal (300-400 0C)
- Mesotermal (200-300 0C)
- Epitermal (100-200 0C)
- Teletermal (<100 0C)
Setiap batuan atau endapan bahan galian/endapan bijih mempunyai lingkungan pengendapan tertentu yang selanjutnya jika terjadi perubahan lingkungan, maka endapan tersebut akan membentuk mineral/endapan baru yang sesuai dengan lingkungan tersebut dan akan membentuk endapan sekunder.
Proses-proses penting dalam pembentukan endapan sekunder tersebut antara lain adalah proses pelapukan (mekanis, kimia) yang akan memberikan endapan-endapan seperti :
- Endapan aluvial (eluvial, koluvial, aluvial, placer)
- Endapan sedimen
- Endapan akibat proses evaporasi
- Endapan lateritik
- dll
Klasifikasi suatu endapan bahan galian yang telah dibuat oleh para pakar terdahulu umumnya identik dengan apa yang telah dibahas di atas, perbedaannya terutama hanya pada penekanannya. Ada yang cenderung membagi atas dasar keterdapatannya dan ada yang dihubungkan dengan komoditi yang dibahasnya. Ada lagi klasifikasi yang didasarkan atas tectonic setting.
Beberapa pakar tersebut antara lain :
- Lindgren
- Scgneiderhorn
- Niggli
- Petrascheck
Klasifikasi Endapan Bahan Galian Menurut Petrascheck
1. Endapan bijih magmatogen
a. Endapan magmatik cair (intra magmatik)
b. Endapan pegmatitik (peri magmatik)
c. Endapan pneumatolitik (peri magmatik)
d. Endapan hidromtermal (apo magmatik)
e. Endapan vulkano-sedimenter (kuroko)
2. Endapan hasil pelapukan
a. Endapan hasil pelapukan mekanis (mis. Eluvial Pt)
b. Endapan hasil pelapukan kimiawi (mis. laterit)
c. Endapan hasil larutan pelapukan (mis. Ni-hidrosilikat)
3. Endapan sediamenter
a. Endapan sediameter mekanis ( Aluvial Au, Sn)
b. Endapan sediameter kimiawi dan sin diagenetik
1. Endapan hasil larutan pelapukan yang terkonsentrasi di daerah kering ( Endapan Cu Red Bed)
2. Endapan hasil pembentikan larutan garam yang termigrasi (Endapan Pb-Zn Mississippi)
3. Endapan oolitik marine (Fe oolitik, Meningitis oolitik)
4. Endapan sulfida sediameter (Kupfershiefer)
5. Endapan akibat pengaruh pemisahan bakteri (Bog iron area, end. danau)
4. Endapan metamorfosa
a. Endapan metamorfosa kontak
b. Endapan metamorfosa regional
5. Endapan metamorfosa
a. Endapan metamorfosa-hidratogen
b. Endapan metamorfosa-magmatogen
c. Endapan granitisial (End. Sulfida berbentuk skelet)
6. Endapan kenegerasi
a. Endapan hidrotermal sekunder (End. Pb/Zn di batuan gamping,)
b. Endapan regenerasi palingen (End. Sn-Ag-Sb )
3. PEMETAAN (Mapping)
Pemetaan : Suatu pekerjaan pemindahan atau pencatatan gejala/fakta geologi di lapangan ke suatu peta, dengan skala tertentu.
Pekerjaan pemetaan ini biasanya dilakukan pada tiap awal dan kegiatan eksplorasi yang sangat bermanfaat untuk orientasi pada daerah penyelidikan (Dari foto udara), disamping juga untuk peta dasar, peta untuk desain eksplorasi dan lain-lain.

4. PROSES & CARA PENAMBANGAN (AMDAL)

A. Proses
Melakukan penambangan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan perlu direncanakan dan dilaksanakan proses (tahapan/langkah-langkah) sebagai berikut :

1. Studi Kelayakan tambang
2. Perencanaan Sistem Manajemen Lingkungan (SML)
3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
- Kerangka Acuan
- Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)
- Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
- Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Bila tanpa AMDAL perlu dilakukan
- Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
- Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
4. Audit Lingkungan
B. Cara Penambangan
1. Tambang Terbuka
2. Tambang Tertutup

C. Laporan Teknis dan atau Laporan Ilmiah



































Gambar . Peranan Pemetaan di Dalam Kegiatan Pertambangan

5. PETUNJUK KE ARAH BIJIH (guide to are)
Mencari suatu endapan bahan galian tertentu perlu diketahui terlebih dahulu lingkungan pengendapan/terbentuknya endapan tersebut, sehingga eksplorasi dapat berjalan lebih efisien. Faktor utama yang perlu diperhatikan adalah mengenai asosiasi batuan (metallogentic province), dimana setiap jenis batuan akan memberikan lingkungan pengendapan unsur/endapan bahan galian tertentu.
- Batuan asam, terdapat mineral-mineral sulfida yang umumnya mengandung logam-logam berharga seperti lembaga (Cu), timbal (Pb), seng (Zn), air raksa (Hg), atau mineral-mineral oksida : timah (Sn).
- Batuan sedang,umumnya mengandung emas (Au) dan perak (Ag) dan mineral-mineral hidroksida seperti aluminium (Al).
- Batuan basa atau ultra basa akan membeikan lingkungan pengendapan yang baik untuk intan, nikel (Ni), kobalt (Co), platina (Pt), kromit (Cr) serta bebeapa jenis batu permata seperti garnet dll.
- Batuan sedimen bisa menghasilkan asosiasi dengan karbonat (CaCo3 ataupun MnCO3), sedangkan yang berbentuk endapan aluvial biasanya akan memberikan endapan bijih yang relatif tahan terhadap pelapukan seperti timah (kasiterit/SnO2), emas (Au dalam bentuk nugget), perak (Ag), pasir besi (Fe). Sedangkan untuk endapan laut bisa dijumpai antara lain nodula nikel.
Mengetahui letak/akumulasi suatu endapan bahan galian, ada beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan (lihat gambar A,B,C,D) adalah :
- Petunjuk fisigrafis
- Petunjuk mineralogis
- Petunjuk statigrafis dan litologis
- Petunjuk strukturil
- Geokimia/biokimia
- Geobotani
- Air tanah

Pada kegiatan eksplorasi, korelasi gejala-gejala geologi yang terdapat di daerah penyelidikan penyelidikan sangat penting untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk ke arah daerah mineralisasi. Korelasi ini (lihat gambar E, F, G, H, I, J ) di dasarkan atas :
1. Tipe batuan yaitu korelasi outcrops, litologis, paleontologis, vegetasi, topografis
2. Sturktur geologi yaitu perlipatan (folding) dan patahan.sesar (fault)
3. Prinsip-Prinsip Geologi dan Dimensi yaitu Diskontinuitas dan kontinuitas, Dinamik Geoproses model (dimensi), Analisis dan Pemodelan (elemen numerik) lihat gambar K,L,M,N
6. ¬EKSPLORASI PENDAHULUAN/PROPEKSI
Menurut sifat penyelidikannya terhadap suatu endapan bahan galian, kegiatan eksplorasi ini dapat dibedakan atas eksplorasi tidak langsung yang terdiri dari eksplorasi geofisika dan eksplorasi geokimia serta eksplorasi langsung.
Eksplorasi Tidak Langsung
Ada dua cara prospeksi tidak langsung, yaitu cara geofisika dan cara geokimia/geobotani. Cara geofisika dapat dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang (air borne), mobil (car borne), ataupun dengan jalan kaki
Eksplorasi Geofisika
Penyelidikan ini pada prinsipnya hanya menggunakan sifat-sifat dari endapan bahan galian yang akan dicari terutama yang berada di bawah permukaan. Untuk suatu endapan yang tersingkap di permukaan cara ini tetap diperlukan untuk mengetahui bentuk geometri endapan bahan galian tersebut secara keseluruhan,
Mengingat tidak semua endapan atau vein dan lainnya mempunyai singkapan di permukaan, maka cara penyelidikan geofisika (prospeksi tak langsung) menjadi sangat penting.
Cara penyelidikan geofisika terdiri atas :
a. Cara magnetik
b. Cara listrik
c. Cara gravitasi
d. Cara seismik
e. Cara redioaktif








































Gambar . Kegiatan Eksplorasi

a. Cara magnetik
- Dalam cara ini yang penting adalah adanya sifat-sifat anomal medan magnet yang ditimbulkan oleh suatu badan bijih
- Terutama dipakai untuk mencari endapan bijih yang bersifat magnet, sepertu endapan bijih besi, kompleks sulfida yang mengandung pirotit
- Cara magnetik ini bisa dilakukan dengan air borne, jalan kaki
- Diperlukan koreksi-koreksi terhadap ketinggian dan waktu
- Hasil baru merupakan interpretasi, yang selanjutnya harus duteruskan dengan sampling dan perhitungan cadangan/kadar
b. Cara listrik
• Potensial diri (self potential)
- Cara ini dipakai pada endapan yang sifatnya menghasilkan arus listrik karena proses elektrokimia (terjadi polarisasi muatan)
- Pengukuran ditunjukan pada potensial spontan yang timbul karena proses oksidasi
- Umumnya untuk vein-vein sulfida (kecuali ZnS), grafit
- Dari hasil pengukuran dibuat profil-profil dan peta kontur, yang dapat menunjukkan adanya anomali
- Setelah daerah anomali ditentukan, penyelidikan lanjutan yang harus dilakukan ialah sampling (pemboran), penentuan kadar, dan perkiraan cadangan
- Cara ini hanya dapat dilakukan di permukaan (on ground surface)
• Tahanan jenis (resistivity)
- Terutama untuk endapan yang terkandung pada suatu masa dengan tahanan jenis yang kontras dengan sekitarnya
- Dapat juga digunakan pada prospeksi endapan sulfida base metal : Pb, Cu, Zn
Eksplorasi Geokimia
Eksplorasi geokimia ini dilakukan melalui pengukuran yang sistematik terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace elements) pada batuan, tanah, stream sediments,vegetasi, air, atau gas. Tujuannya adalah untuk mencari anomali geokimia berupa konsentrasi unsur-unsur tertentu yang kontras terhadap lingkungannya atau blackground geokimia. Anomali-anomali ini dihasilkan dari mobilitas dan dispersi unsur-unsur yang terkonsentrasi pada zone mineralisasi.
Dispersi geokimia dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
- Dispersi primer, yang berhubungan dengan fenomena konsentrasi mineral sepereti pada alterasi hidrotermal.
- Dispersi sekunder, yang dihubungkan dengan fenomena pelapukan dan geomorfologi.
Eksplorasi Cara Langsung
Cara-cara prospeksi yang dipakai di permukaan (langsung) adalah :
• Penyelidikan singkapan (out-crop)
Dilakukan dengan cara mencari singkapan-singkapan vein, badan bijih atau batuan-batuan pembawa bijih, yaitu pada :
- Lembah-lembah sungai (hasil erosi air)
- Bentuk-bentuk menonjol di permukaan
• Penjejakan (Tracing) float
- Float adalah fragmen-fragmen/potongan-potongan bijih yang berasal dari penghancuran outcrop (oleh erosi)
- Oleh gaya gravitasi dan aliran air, float ini ditranspor ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke hilir)
- Dengan berjalan melawan arah aliran (ke hulu) dapat di trace tempat asal float tersebut
- Jarak float terhadap source (asalnya) dapat di duga dari ukuran dan bentuk butiranya, serta sifat-sifat sungainya (banjir, dan lain-lain), juga keadaan penyebarannya
- Float yang ditemukan diplot dipeta serta dicatat sifat-sifatnya (ukuran, bentuk permukaan, dan komposisinya)
• Tracing dengan panning (mendulang)
- Caranya sama dengan tracing float
- Dilakukan untuk ukuran butiran yang (lebih) halus
- Biasanya untuk mencari mineral berat
Keduanya cara tracing ini biasanya diteruskan dengan cara trenching atau test pitting, yaitu mulai di tempat dimana float hilang ke arah atas tebing
• Trenching (pembuatan parit)
- Terbatas pada overburden yang tipis saja
- Kedalaman efektif/ekonmis 2-2,5 m (dengan sekop)
- Dibuat tegak lurus terhadap jurus ore body atau formasi
- Dibuat mulai dari bagian yang rendah sehingga terjadi self draining (pengeringan langsung)
• Test pitting (pembuatan sumur uji)
- Untuk endapan yang terlalu dalam bila dibuat parit
- Overburden harus bebas dari bongkah-bongkah besar dan air
- Penyanggaan sesedikit mungkin agar tidak mudah longsor
- Barisan sumur uji dibuat tegak luruh (strike)
- Kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m, hal ini tergantung pada kestabilan dinding dan kemampuan pekerja/peralatan
Untuk tubuh atau badan bijih (ore body) yang tidak tersingkap atau tidak terlihat tanda-tandanya di permukaan dipakai cara-cara :
- Geofisika (tak langsung)
- Pemboran (drilling)
- Pembuatan shaff (shaff shinking)
- Memperhatikan Korelasi Fenomena Geologi
- Mendesain dimensi mineralisasi dengan memperhatikan prinsip-prinsip geologi (gambar K,L,M,N)
Prospeksi di Daerah Endapan Aluvial (Placer)
Endapan aluvial : ialah endapan yang terbentuk akibat proses konsentrasi mekanis dari hasil pelapukan batuan asal
Endapan aluvial dapat terbentuk bila mineral bijih tersebut :
- Mempunyai berat jenis tinggi
- Kekerasan tinggi
- Daya tahan terhadap pelapukan kimia tinggi
Contoh mineral atau native element yang terdapat pada endapan aluvial antara lain :
Emas (Au)
Perak (Ag)
Kasiterit (SNO2)
Intan (C)
Platina (Pt)
Ilmenit (FeTiO3)
Magnetik (Fe3O4)
Teknik Pemboran
Tujuan dari pemboran ini bisa bermacam-macam, antara lain bisa digunakan untuk :
- Pengambilan contoh (sampling) pada kegiatan eksplorasi
- Produksi/kontruksi (Pada air tanah, minyak bumi)
- Peledakan (pada kegiatan penambangan material keras)
Faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam pemilihan cara pemboran ini adalah :
- Tujuan
- Topografi dan geografi
- Litologi dan struktur geologi
- Biaya yang tersedia (dan waktu)
- Peralatan dan keterampilan
Jenis pemboran atau jenis bor (berdasarkan mekanisme pemecahan batuannya) :
- Perkusif (tumbukan)
- Rotasi
- Perkusif-rotasi
Jenis-jenis mesin bor dan cara bekerjanya :
- Cable, tool machine (bor mesin tumbuk percusive)
- Jet drilling
- Rotary drilling with mud
- Air rotary method
- Down the hole drilling method
- Reserve circulation drilling









































Gambar . Tujuan dan Kegunaan Pemboran
Tabel 1. Komponen Pemboran dan Fungsinya

A l a t F u n g s i
Mesin bor Memutar roda
Mengangkur rod
Transportasi
Mesin pompa Mengatur sirkulasi fluida bor (pembilas)
Derek / menara Menyangga beban
Hoist - Mengangkat rod, casing, core barrel
- Transpor alat
Rod - Mengantar rod dan bit
- Meneruskan tenga ke bit
- Menyalurkan fluida
Bit Memotong / menghancurkan batuan
Core barrel Menampung core (single, double, triple core barrel)
Core box Penyimpangan core
Fluida bor - Mengangkut cutting ke permukaan
- Mendinginkan bit
- Membantu memecah batuan
- Menyangga dinding agar tidak ambruk
- Meredam getaran
Casing - Menyangga dinding
- Mencegah kebocoran fluida
- Mencegah pengotoran
Reiming shell Memperbesar lubang
Chuck Memegang rod
Pompa hidraulik Mengatur WOB
Drill collar Menambah WOB
Core lifter Menahan core dalam core barrel
Stabilizer Merendam getaran
Tabel 2. Persoalan-Persoalan Dalam Pemboran

Lokasi - Jalan transportasi
- Alat transportasi
- Mesin yang sesuai
Biaya dan waktu - Efisien kerja
- Logistik
- Pemanfaatan tenaga dan waktu
Batuan keras - Bit yang cocok
- RPM
- WOB
Runtuhan dinding • Casing
• Fluida bor : - Kecepatan <<
- Viskositas
- BJ >>
- Bentuk mud cake
Water loss - Casing
- Penambahan mud (lumpur bor)
Bit leleh - RPM <<
- WOB <<
- Fluida >
Kedalaman - Tenaga cukup
- Rod cukup
- Casing cukup
- Debit dan tekanan pompa cukup
- Fluida bor tersedia
Benda jatuh/rod putus Fishing tools
Terjepit - Viskositas fluida bor diperbesar
- Tekanan fluida >>
- Tarik pakai hoist
- Putaran rendah dan kuat
- Dibantu dengan dongkrak
Eksplorasi Bawah Permukaan
Eksplorasi bawah permukaan dilakukan bila :
- Keadaan permukaan memungkinkan (Tidak mudah ambruk)
- Eksplorasi permukaan tidak dapat memberikan informasi yang baik
Hal-hal yang perlu diperhatikan (syarat-syarat) :
- Pekerjaan harus berlangsung tetap di dalam badan bijih (ore body)
- Pekerjaan di mulai dari daerah-daerah dengan singkapan yang baik
- Biaya tidak boleh terlalu tinggi, sebab resiko yang dihadapi cukup besar
Eksplorasi bawah permukaan dilakukan dengan cara membuat :

- Tero wongan (tunnel)
- Shaft
- Raise
- Winze
- Drift
- Adit
- Cross cut
- Dan lain-lain

7. DESAIN EKSPLORASI DAN PERHITUNGAN CADANGAN
Penentuan pola eksplorasi pada pekerjaan eksplorasi suatu endapan mineral memegang peranan yang sangat penting. pola ini sangat tergantung sekali terhadap keadaan mineralisasi suatu endapan. Pola umum yang sangat sering digunakan adalah bujur sangkar, empat persegi panjang, segitiga, dan bentuk sembarang.
Disamping pola perlu ditentukan kerapatan pengambilan contoh (grid density) yang sangat tergantung pada variabel endapan. Endapan dengan variabilitas kadar yang besar memerlukan contoh yang relatif banyak (jarak antar titik pengambilan contoh harus relatif lebih rapat dibandingkan dengan suatu endapan yang homogen).
Besaran yang menyatakan variabilitas endapan secara kuantitatif dapat diekspresikan dalam koefisien varisi (coefficient of variation, CV)

contoh : - Endapan pasir besi mempunyai sebaran kadar sebagai berikut : 54 46 5* 45 39 48 62 50 51 44 %
 = 7,18 %
CV = 0,14
- Endapan emas aluvial mempunyai sebaran kadar sebagai berikut : 5 6 22 20 31 6 1 2 4 ppm


 = 10,39 ppm
CV = 1,04
Untuk beberapa besarnya cadangan suatu endapan bahan galian, ada beberapa metode perhitungan cadangan yang pemilihnya tergantung dari jenis endapan bahan galiannya. Beberapa perhitungan cadangan yang sering digunakan adalah :
- Cara isoline (dihitung berdasarkan garis kontur)
- Cara penampang
- Area of influenca :
• Extended area
• Include area
- Triangular grouping
- Blok system
- Cara geotatistik (kringing)

Pengukuran Geomaknet Dengan Fluxgate Magnetometer

YA, MENGUKUR GEOMAGNET DENGAN FLUXGATE MAGNETOMETER!

Oleh Fajar Budi Utomo
Jurusan Geofisika Angkatan 42
Akademi Meteorologi dan Geofisika
Medan magnet bumi (Geomagnetism) adalah besaran fisis yang sangat penting dan digunakan dalam berbagai bidang,misalnya geofisika, kedokteran, ekspedisi luar angkasa dan banyak lainnya. Pemetaan medan magnet merupakan hasil dari penggambaran medan magnet dalam ruang. Peta medan magnet digunakan dalam eksplorasi geologi karena variasi dalam besar dan arah medan magnet bumi memberikan gambaran dari permukaan bumi bagian dalam.  Terdapat beberapa metoda yang dapat dilakukan untuk mengukur kuat medan magnet bumi.  antara lain: metode resonansi magnetik, metode induksi, metode pelat Hall dan metode fluxgate.
Prinsip Fluxgate magnetometer adalah menggunakan dua buah inti material magnetis, seperti mumetal, permaloy, ferrite dan sebagainya. Pada medan magnet yang lemah logam tersebut mempunyai permeabilitas besar. Untuk design umum kumparan primer (excitation coil) dililitkan pada dua buah inti feromagnetik yang dibuat simetris tetapi arahnya berlawanan ,Sedangkan kumparan sekunder (pick-up coil) dililitkan mengelilingi kedua inti.   Lilitan primer dihubungkan dengan sumber arus bolak-balik frekuensi rendah (50-1000 Hz), lilitan sekunder dihubungkan dengan suatu amplifier.

Bentuk sederhana sensor magnetik fluxgate
Bentuk sederhana sensor magnetik fluxgate


Bila kumparan primer dihubungkan dengan sumber arus, maka pada kumparan sekunder akan timbul arus induksi yang arahnya berlawanan. Tanpa adanya medan magnet luar, magnetisasi kumparan akan simetris dan saling menghilangkan. Tetapi dengan adanya medan magnet luar maka salah satu kumparan akan mengalami flux magnet yang lebih besar dari yang lainnya, tetapi dalam setengah gelombang berikutnya kumparan yang mengalami flux magnet tambahan berganti dengan kumparan kedua.

Variometer, menggunakan tiga komponen fluxgate
Variometer, menggunakan tiga komponen fluxgate


Dengan demikian pada saat yang sama kedua kumparan mempuya pulsa yang berbeda dan keluaran dari kumparan sekunder merupakan pulsa tegangan yang berasal dari selisih flux yang ditimbulkan kumparan primer. Tegangan pulsa sebanding dengan medan magnet luar yang mempengaruhinya

Konfigurasi lilitan yang baik akan meningkatkan ketelitian karena medan yang akan diukur tidak mengalami distorsi yang berasal dari inti. Sensor ini merupakan salah satu sensor yang paling cocok untuk mengukur medan magnet DC/AC frekuensi rendah dalam daerah medan magnet 1nT – 1mT.

Senin, 11 Oktober 2010

BAB I

PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG

Dewasa ini perkembangan pembangunan diberbagai bidang sedang marak dilakukan di seluruh negeri di berbagai bidang, baik dalam bidang pengembangan teknologi, industri, dan dari segi pertambangan. Semua itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan berbagai hal.

Dalam sektor pertambangan, pemenuhan kebutuhan akan mineral-mineral yang kemudian dijadikan sebagai materi pemenuhan kebutuhan juga sangat besar. Misalnya pemenuhan kebutuhan akan makanan, pakaian, bangunan, perhiasan dan sebagainya.

Salah satu cara pemenuhan kebutuhan tersebut adalah peningkatan pengembangan di sektor pertambangan, dimana sektor pertambangan yang menyumbangkan berbagai macam mineral-mineral ke bagian pengindustrian, melalui tahap-tahap yang meliputi prospecting, explorasi dan kemudian exploitasi mineral-mineral.

Dalam hal ini, investasi dalam dunia pertambangan sangat besar dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun perusahaan milik negara untuk tujuan yang telah disebutkan diatas. Maka dari itu, pengetahuan yang spesifik harus dipahami secara baik tentang mineral-mineral yang akan ditambang, baik itu mengenai ciri fisik mineral, dan yang lebih penting lagi adalah tentang genesa dari suatu mineral.

Genesa mineral menyangkut proses terbentuknya suatu mineral yang meliputi wadah (rekahan batuan, cekungan dan sebagainya), batuan pembawa mineral, fluida, temperatur dan tekanan, serta proses tektonik yang mengenai suatu tubuh mineral.

Salah satu proses terbentuknya suatu mineral adalah dari proses hidrotemal, dimana fluida berupa air magmatik dan meteorik pembawa mineral mengalami proses intrusi dan mengisi pada rekahan-rekahan batuan, kemudian membeku membentuk urat-urat pada batuan.

Mineral-mineral dari proses hidrotermal perlu dipahami sehingga dalam proses explorasinya tepat menuju pada suatu tubuh mineral.


 

  1. MAKSUD DAN TUJUAN

Buku mineral-mineral dari proses hidrotermal ini dimaksudkan dan ditujukan untuk hal-hal berikut:

  1. Sebagai bahan infromasi dan pedoman bagi publik dalam mewujudkan pembangunan di Nusa Tenggara Timur pada sektor pertambangan.
  2. Sebagai referensi bagi para pelaku pertambangan.


     


 


 


 


 


 


 


 


 

 

BAB II

MINERAL-MINERAL DARI PROSES HIDROTERMAL


 

Produk akhir dari proses diferensiasi magmatik adalah suatu larutan yang disebut larutan magmatik yang mungkin dapat mengandung konsentrasi logam yang dahulunya berada dalam magma. Larutan magmatik ini yang juga disebut larutan hidrotermal banyak mengandung logam-logam yang berasal dari magma, yang sedang membeku dan diendapkan di tempat-tempat sekitar magma yang sedang membeku tadi.

Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan.

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu:

  1. Cavity Filing, mengisi lubang-lubang bukaan yang sudah ada di dalam batuan.
  2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.

Dalam perjalanan menerobos batuan, larutan hidrotermal akan mendepositkan mineral-mineral yang dikandungnya di rongga-rongga batuan dan membentuk deposit celah (cavity filling deposit) atau melalui proses metasomatik membentuk deposit pergantian (replacement deposit). Secara umum deposit replasemen terjadi pada kondisi suhu dan tekanan tinggi, pada daerah lebih dekat dengan batuan intrusifnya yang merupakan deposit hipotermal, sedang deposit celah lebih banyak terjadi di daerah dengan suhu dan tekanan rendah, yang merupakan deposit epitermal yang terletak agak jauh dari batuan intrusifnya.


 


 

Proses cavity filling dapat di kelompokan menjadi :

  1. Veins merupakan pengisian mineral pada celah-celah batuan yang berupa urat-urat contohnya urat kuarsa terbentuk pada endapan larutan celah pada batuan yang terbuka, sehingga menbentuk mineral berupah urat-urat. Biasanya pada batuan yang bersifat britle. Endapan-endapan yang terisi pada urat-urat antara lain kuartz, gold, silver, Zink dan copper.
  2. Shear Zone deposits merupakan zona tipis, sheetlike, sambungkan celah-celah atau Zona, berfungsi sebagai saluran istimewa untuk proses mineralisasi, dan terjadi dalam lapisan batuan dan celah batuan yang dibentuk oleh endapan-endapan yang berukuran halus.
  3. Stockwork merupakan hubungan yang berjalinan antara mineral biji yang berukuran kecil pada urat yang melewati batuan dengan skala yang luas. Dari ukuran centimeter sampai beberapa meter yang urat-uratnya saling mengikat. Pada umumnya terjadi pada pengisian celah yang terbuka, celah tersebut karena intrusi.


     

    Proses replacement terdiri dari :

  4. Endapan massive. Yang mencirikan adalah ukuran endapan bervariasi danterbentuk secara irregular. Pada umumnya terdapat pada batugamping dengan lapisan yang menebal sampai menipis karena mengikuti ronga-ronga pada batugamping.
  5. Replacement lode deposits merupakan pengisihan celah tipis yang telah mengalami replacement berupah lapisan sisipan atau sendiri. Biasanya mencapai beberapa centimeter sampai beberapa meter
  6. Disseminated replacement deposits merupakan endapan replacement yang menebar berupa urat-urat.


     

Larutan ini makin jauh dari magma, akan makin kehilangan panasnya sehingga dikenal sebagai:

  1. Endapan Hypothermal

Pada proses hypothermal ini terletak paling dekat dengan tubuh intrusi dan diendapkan dalam suhu yang paling tinggi antara 450o - 300oC. Larutan ini, yang menembus batuan induk atau batuan samping akan membawa mineral-mineral yang mengisi rekaan-rekaan dan membentuk cavity filling deposit serta mengalami proses pengatian pada batuan induk dan batuan samping sebagai replacement deposit yang akan menghasilkan mineral semudengan pengisisan oleh Flurite dan barite. Pengendapan ini melalui larutan colloid dan membentuk larutan metacoloid dengan ciri adanya subtitusi yang mempunyai jari-jari ion sama dengan unsur yang digantikan. Endapan ini berupa urat (vein) korok (dike) dicirikan oleh proses replacement yang kuat menghasilkan gossan dan skarn. Endapan ini biasanya ada pada mineral yang ada sulpida seperti pyrte, chalcopryite, galena dan sphalerite.

  1. Endapan Mesothermal

    Pada endapan ini tekanan temperaturnya medium, karena bertemperaturnya medium maka proses pengendapan hanya mengisi cela-cela (cavity filling) pada batuan yang dibentuk oleh tekanan dan juga kadang-kadang mengalami replacement karena temperature yang masih medium. Sehingga asosiasi mineral yang ada berupah berupah sulfide Ag, As, Au, Sb dan oksida (Sn) yang berasosiasi dengan batuan beku asam yang didekat permukaan bumi oleh karena itu, mineral Au, Cu dapat dijumapi pada mineral kuarsa dan kalsit pada batuan beku asam dan batuan sedimen.

  2. Endapan Epithermal

    Endapan epipithermal merupakan endapan yang terjadi ketika pada suhu sangat rendah didekat permukaan berupah perlapisan (fissure vein). Pada endapan ini, proses replacement tidak pernah dijumpai karena suhu yang sangat rendah. Asosiasi mineral dengan mineral logam berupah Au dan Ag dengan mineral gan dengan tipe endapan arsimony seperti mercury, silver native dan silver sulfida lead zink dan minerl quartz, kalsit dolomite, aragonite, florit barit dan zeolit.


     

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrothermal, antara lain Ephithermal (T 1000C-2000C), Mesothermal (T 2000C-3000C), dan Hipothermal (T 3000C-5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu (spesifik), berikut alterasi yang ditimbulkan berbagai macam batuan dinding. Tetapi minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), fluida-fluida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.


 

Syarat penting terjadinya deposit hidrotermal adalah:

  1. Adanya larutan yang mampu melarutkan mineral.
  2. Adanya rekahan/rongga pada batuan, di mana larutan dapat lewat.
  3. Adanya tempat, di mana larutan akan mendepositkan kandungan mineralnya.
  4. Adanya reaksi kimia yang menghasilkan pengendapan mineral

Konsentrasi mineral yang cukup di dalam deposit, sehingga menguntungkan kalau ditambang.

 

  1. EMAS


 

Gambar 1 Emas

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser. Secara geokimia, emas merupakan unsur siderophile (suka akan besi), dan sedikit chalcophile (suka akan belerang). Karena sifatnya ini maka emas banyak berikatan dengan mineral-mineral besi atau stabil pada penyangga besi (magnetit/hematit)

Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.


 

  1. Genesa

    Emas pada umumnya terdapat pada suatu zona hidrotermal dimana pada umunya zona hidrotermal merupakan daerah vulkanis. Genesis emas sendiri dikatakan bahwa emas berasal dari suatu reservoar yaitu inti bumi dimana kemudian air magmatik yang mengandung ion sulfida, ion klorida, dan ion tio kompleks mengangkut logam emas ke permukaan bumi. Arah aliran dari larutan kimia yang mengandung emas ini pada umumnya searah dengan saluran magma pada gunungapi membentuk urat-urat (vein) emas.

    Saat larutan emas terendapkan pada saluran magma yang telah membeku proses hidrotermal yang merupakan kegiatan pos vulkanis terjadi dari kontak air meteorik dengan batuan yang panas atau gerakan air magmatik ke atas dimana keduanya membawa dan melarutkan ion sulfida-klorida-tio kompleks yang menyebabkan emas semakin terendapkan di permukaan bumi.

    Atau ion-ion sulfida-klorida-tio kompleks pembawa emas, mengisi rongga-rongga atau bukaan-bukaan pada batuan dan kemudian terendapkan sebagai vein emas.

    Berdasarkan penjelasan tersebut maka analisis keterdapatan emas dapat dilacak dari adanya jejak proses sirkulasi hidrotermal atau umum disebut epitermal. Pyrite (Fe2S) yang disebut Fool Gold juga sering dijumpai bersama dengan emas. Kandungan emas sebagai inklusi juga kadang dapat ditemui dalam perak dan batuan yang mengandung tembaga.


 

  1. Karakteristik

    Sistem Kristal         : Isometrik

    Warna             : Kuning – Emas

    Goresan         : Kuning

    Kilap             : Metalik

    Belahan dan pecahan : Tak ada; hakli (pecahan bergerigi dengan ujung yang tajam)
    Kekerasan         : 2,5 – 3 skala Mohs

    Berat Jenis         : 19,3


     

    Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol "Au" (bahasa Latin:"aurum") dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile".


     

    1. Mekanisme Penambangan dan Pengolahan
      1. Penambangan

        Penambangan emas hidrotermal sangat tergantung pada pemodelan endapan, yang sangat berkaitan erat dengan wadah pengendapan (rekahan-rekahan). Bila wadah pengendapan luas pada permukaan, maka bisa jadi penambangan emas dengan metode tambang terbuka.

        Namun, pada endapan emas hidroternal yang berbentuk urat-urat yang mengisi pada celah batuan, maka di ambil metode tambang bawah tanah, dengan maksud agar mengikuti urat-urat yang ada hingga ke bawah sehingga mendapatkan kadar emas yang lebih tinggi.

        Bisa juga dikombinasikan antara tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Hal ini disebabkan oleh endapan emas yang dapat tersingkap di permukaan memiliki dimensi yang cukup luas, tetapi atas pertimbangan kadar emas yang ada dibawah (mengikuti urat-urat) lebih besar dibandingkan dengan yang ada dipermukaan.


         


         


         


         


         


         


 


 


 


 


 


 

Gambar 2 Sketsa Tambang Terbuka dengan bench berbentuk spiral.


 

Gambar 3 Glory Hole Mining

  1. Pengolahan

    Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk amalgam (Au – Hg). Amalgamasi masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah, akan tetapi prosesnya efektif untuk bijih emas yang berkadar tinggi dan mempunyai ukuran butir kasar (>74 mikron) dan dalam membentuk emas murni yang bebas (free native gold).

    Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara Au-Ag tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam.

    Proses Sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses pemisahan emas dari larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah NaCN, KCN, Ca(CN)2, atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling sering digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. Secara umum reaksi pelarutan Au dan Ag adalah sebagai berikut:


 

4Au + 8CN- + O2 + 2 H2O = 4Au(CN)2- + 4OH-

4Ag + 8CN- + O2 + 2 H2O = 4Ag(CN)2- + 4OH-


 

Pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya dilakukan dengan pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:


 

2Zn + 2NaAu(CN)2 + 4NaCN +2H2O = 2Au + 2NaOH + 2Na2Zn(CN)4 + H2

2Zn + 2NaAg(CN)2 + 4NaCN +2H2O = 2Ag + 2NaOH + 2Na2Zn(CN)4 + H2


 

Penggunaan serbuk Zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk Zn yang ditambahkan kedalam larutan akan mengendapkan logam emas dan perak. Prinsip pengendapan ini mendasarkan deret Clenel, yang disusun berdasarkan perbedaan urutan aktivitas elektro kimia dari logam-logam dalam larutan cyanide, yaitu Mg, Al, Zn, Cu, Au, Ag, Hg, Pb, Fe, Pt. setiap logam yang berada disebelah kiri dari ikatan kompleks sianidanya dapat mengendapkan logam yang digantikannya. Jadi sebenarnya tidak hanya Zn yang dapat mendesak Au dan Ag, tetapi Cu maupun Al dapat juga dipakai, tetapi karena harganya lebih mahal maka lebih baik menggunakan Zn. Proses pengambilan emas-perak dari larutan kaya dengan menggunakan serbuk Zn ini disebut "Proses Merill Crowe".

  1. Kegunaan dan Sebaran
    1. Kegunaan

      Emas banyak digunakan untuk membuat koin dan dijadikan sebagai standar moneter di banyak negara. Elemen ini juga banyak digunakan untuk perhiasan, gigi buatan, dan sebagai lapisan. Untuk aplikasi di bidang sains, emas digunakan sebagai lapisan beberapa satelit angkasa dan merupakan reflektor sinar inframerah yang baik. Emas tidak mudah bereaksi (inert).


       

      Koin Emas

      Emas juga diperdagangkan dalam bentuk koin emas, seperti Krugerrand yang diproduksi oleh South African Mint Company dalam berbagai satuan berat. Satuan berat krugerrand yang umum ditemui adalah 1/10 oz (ounce), 1/4 oz, 1/2 oz dan 1 oz. Harga koin krugerrand didasarkan pada pergerakan harga emas di pasar komoditas dunia yang bergerak terus sepanjang masa perdagangan. Koin Krugerrand khusus (atau biasa disebut proof collector edition) juga diproduksi secara terbatas sesuai dengan tema tertentu. Karena diproduksi terbatas, sering kali harga koin krugerrand edisi proof ini melebihi harga kandungan emas koin tersebut tergantung pada kelangkaan dan kondisi koin khusus ini. Edisi yang cukup digemari dan dicari para investor adalah edisi yang memuat gambar Nelson Mandela.

      Terdapat beberapa negara yang memproduksi secara massal koin emas untuk ditawarkan sebagai alternatif investasi, antara lain:

      1. Australia - Kangaroo
      2. China - Panda
      3. Malaysia - Kijang emas
      4. Canada - Maple Leaf
      5. Inggris - Britannia
      6. Amerika Serikat - Eagle dan Buffalo
      7. Afrika Selatan - Krugerrand
      8. New Zealand - Kiwi
      9. Singapore - Lion
      10. Austria – Philharmonic


 

Gambar 4 Contoh koin emas Krugerrand


 

Gambar 5 Emas batangan


 

  1. Sebaran

Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua


 

  1. TEMBAGA


 

Gambar 6 Tembaga


 

Tembaga adalah kelompok logam bukan besi yang telah di pergunakan sejak 3500 sebelum masehi oleh orang orang mesir. Mineral pembawa tembaga lebih kurang 165 macam, antara lain logam alam, melakonit dan cuprit serta chalcit. Mineral tembaga alam dapat dapat di gores dengan pisau dan memberikan goresan yang bersinar agak kusam hijau seperti perunggu. Jika terkandung dalam batuan, tampak batuannya berwarna hijau

Tembaga atau Cuprum adalah unsur kimia yang mempunyai simbol Cu dan nomor atom 29 dan merupakan logam mulur yang mempunyai kekonduksian elektrik yang sangat baik. Tembaga memiliki ciri warna logam kemerahan disebabkan oleh struktur jalurnya, yang memantulkan cahaya merah dan jingga yang menyerap frekuensi-frekuensi lain dalam spektrum. Dalam keadaan cair, suatu permukaan logam itu kelihatan agak kehijauan.Apabila tembaga lebur berada dalam keadaan cahaya terang, kita dapat melihat kilau merah jambunya. Logam lebur tembaga tidak membasahkan permukaan dan mempunyai tegangan permukaan yang sangat kuat dan membentuk titisan hampir sfera apabila dituangkan atas suatu permukaan.

  1. Genesa

    Proses pembentukan tembaga berkaitan erat dengan proses pembentukan gunungapi dan proses pembentukan batuan intrusi. Kedua proses di atas menghasikan panas. Panas ini kemudian disebar melalui cairan yang masuk melaui rekahan yang ada dan terjadi arus konveksi panas. Arus konveksi panas yang terus menerus ini memungkinkan proses perubahan mineral-mineral dan akumulasi mineral-mineral tembaga.

    Tembaga (Cuprum, Cu) itu jenis mineral (logam) yang berada di atau bercampur dengan tanah. Jadi, tahap pertamanya adalah menemukan kawasan yang mengandung Cu. Tanah yang mengandung Cu itu kemudian digali dan dipisahkan. Yang diambil dari pemisahan itu disebut bijih.

    Bijih Cu biasanya membentuk senyawa oksida, sulfida dan karbonat. Bijih bisa juga membentuk pirit tembaga (CuFeS2), Cu galena (Cu2S), kuprit (Cu2O), malasit [Cu(OH)2.CuCO3], dan azurit [Cu(OH) 2.2CuCO3]. Yang paling banyak ditemukan di alam adalah bijih tembaga-besi sulfida(CuFeS2), merupakan campuran besi sulfida dan tembaga sulfida.

    Di perusahaan tambang tembaga modern: di Indonesia kita mengenal Freeport (Timika, Papua), dan Newmont (Batuhijau, NTB), bijih tembaga sulfida diolah menjadi konsentrat tembaga (seperti pasir tapi warnanya sehitam batu bara) melalui proses smelting. Indonesia memiliki pabrik pengolah (smelter) di Gresik.

    Teknis smelting: Bijih dipanaskan dibakar dengan udara yang cukup sehingga air terpisah dan oksida logam murni tertinggal. Logam oksida kemudian direduksi melalui pemanasan tanpa adanya udara. Proses ini disebut Basemerisasi terhadap Cu. Logam Cu yang yang didapatkan berupa lelehan. Lantas lelehan Cu itu disembur dengan oksida sulfur. Hasilnya akan menjadi logam beku tapi masih kotor sehingga harus dibersihkan dulu melalui proses elektrolisis.

    Proses smelting ini juga disebut solution extraction (SX). yang kemudian dilanjutkan dengan elektrolisis atau electrowinning (EW) yang proses sederhananya seperti penyepuhan menggunakan anoda dan katoda. Dari sanalah diperoleh tembaga murni. Proses smelting bisa juga dilakukan dengan proses leaching (penggerusan). Bahkan ada upaya untuk memanfaatkan bioteknologi menggunakan mikroba Thtobactilus ferrooxtdaus dengan katalis perak untuk smelting tembaga, seng, uranium, dan emas dari sulfida yang kabarnya lebih hemat dan menekan polusi.

  2. Karakteristik
    1. Cu logam yang berwarna coklat kemerahan.
    2. Permukaannya nampak pudar karena terbentuknya suatu lapisan oksida. Kerapatannya adalah 8.94 gm/cc.
    3. Titik leleh 1083°C.
    4. Cu mudah dibentuk dan sebagai penghantar panas dan listrik.
  3. Penambangan
    1. Teknik Penambangan

      Tembaga dapat ditambang dengan metode tambang terbuka dan tambang bawah tanah.Kandungan tembaga dinyatakan dalam % (persen). Jadi jika satu tambang berkadar 2,3%, berarti dari 100 kg bijih akan dihasilkan 2,3 kg tembaga.

      Selain sebagai penghasil no.1, tambang tembaga terbesar juga dipunyai Chili. Tambang itu bernama Chuquicamata, terletak sekitar 1.240 km sebelah utara ibukota Santiago.

      Sedang tambang tembaga terbesar di Indonesia adalah yang diusahakan oleh PT Freeport Indonesia di area Grasberg, Papua. Saat ini Grasberg ditambang dengan metode tambang terbuka.Namun karena kedalaman bukaan yang semakin besar, sekitar tahun 2015, cara penambangan akan diubah menjadi tambang bawah tanah. Jika semua terwujud, Grasberg akan menjadi salah satu tambang bawah tanah terbesar di dunia.

    2. Pengolahan

      Tembaga adalah logam yang relatif tidak reaktif dan kadang ditemukan di alam dalam keadaan bebas. Bijih Cu membentuk senyawa oksida, sulfida dan karbonat. Bijih ditemukan sebagai : pirit tembaga (CuFeS2), Cu galena (Cu2S), kuprit (Cu2O), malasit [Cu(OH)2.CuCO3], dan azurit [Cu(OH) 2.2CuCO3].

      Bijih tembaga-besi sulfida(CuFeS2) adalah paling banyak di alam yang merupakan.

      Campuran besi sulfida dan tembaga sulfida.

      Mineral tembaga dipekatkan dengan pemecahan bijih menjadi partikel lebih kecil.

      Teknik pengapungan buih digunakan dengan menambahkan minyak cemara kedalam tangki yang penuh dengan bubuk bijih dan air. Campuran diaduk dengan melewatkan udara bertekanan. Partikel sulfida muncul kepermukaan dengan buih.


      Pasir,lempung dan partikel pengganggu lainnya terpisah dari dasar tangki.
      Selanjutnya bijih dipanaskan dibakar dengan udara yang cukup sehingga air terpisah dan oksida logam murni tertinggal. Logam oksida kemudian direduksi dengan pemanasan tetapi tanpa adanya udara.

      Proses diatas disebut Basemerisasi dari Cu. Logam Cu yang yang didapatkan berupa lelehan. Oksida sulpur ditiupkan melalui lelehan Cu dan lepuhan pada permukaan dan ini tersisa sebagai pengotor dalam ekstarksi logam Cu. Sehingga logam Cu perlu dimurnikan lebih lanjut dengan elektrolisis.

      Dalam tangki elektrolisa larutan kupri sulfat diasamkan (+H2SO4 encer) membentuk larutan electrolit. Cu batangan yang tidak murni digunakan sebagai anoda dengan menghubungkan ke terminal (+) dari batere. Satu lapisan tipis logam tembaga murni ditempatkan sebagai sel katoda. Terminal (-) dihubungkan ke katoda. Arus listrik dalam jumlah rendah dialirkan melalui sel. Atom-atom Cu dari anoda memasuki
      elektrolit. Tembaga dari anoda berubah menjadi tembaga sulfida. Sejumlah atom Cu yang sama dari larutan terdeposit pada katoda. Hal Ini akan menjaga konsentrasi larutan elektrolit tetap. Pengotor dari batangan anoda tertinggal di larutan atau terkumpul di bawah anoda. Pengotor tidak larut dalam elektrolit dan dinamakan lumpur anoda. Tembaga murni dipisahkan dari katoda. Anoda menjadi tipis sebagai hasil proses elektrolisis

    3. Manfaat

      Logam tembaga digunakan secara luas dalam industri peralatan listrik. Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan dalam pembuatan motor listrik, generator, kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave, sakelar, reaktifier transsistor, bidang telekomunikasi, dan bidang-bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung dan klep di pabrik penyulingan.

  4. Penyebaran Tembaga

    Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua, dan sebagian lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Sedangkan Penyebaran tembaga

    Sedangkan Di daerah NTT sendri adalah di bagian utara – barat laut dan selatan-tenggara daerah penyelidikan, yaitu di sekitar Kapan, Oetuka, Lokopin dan Katbao. Hasil analisis kimia nilai kisaran tertinggi antara 54 ppm – 76 ppm. Dari data statistic Cu rata-rata 41,89 ppm dan standar deviasi 10,86 ppm. Sebaran pada umumnya menempati Formasi Kompleks Bobonaro.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  1. PERAK

Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam emas, yang mempunyai warna putih.
Mineral-mineral yang terpenting yang mengandung perak adalah Perak alam (Ag), Argentite (Ag2S), Cerrargyrite (AgCl), Polybasite (Ag16 Sb2 S11), Proustite (Ag2 As S3) dan Pyrargyrite (Ag3 Sb S3). Kebanyakan perak di dunia berasal dari cebakan hydrothermal yang mengisi rongga-rongga.

Perak muncul secara alami dan dalam bijih-bijih argentite (Ag2S) dan horn silver (AgCl). Bijih-bijih timah, timbal-timah, tembaga, emas dan perunggu-nikel merupakan sumber-sumber penting untuk menambang perak.

  1. Genesa

Batugamping di dekat intrusi bereaksi dengan larutan hidrotermal dan sebagian digantikan oleh mineral-mineral tungsten, tembaga, timbal dan seng (dalam kontak metasomatik atau endapan skarn). Jika larutan bergerak melalui rekahan yang terbuka dan logam-logam mengendap di dalamnya (urat emas-kuarsa-alunit epithermal), sehingga terbentuk cebakan perak bersama dengan mineral asosiasinya..

Larutan hidrotermal yang membawa logam dapat juga bermigrasi secara lateral menuju batuan yang permeabel atau reaktif secara kimia membentuk endapan blanket-shaped sulfida, atau bahkan mencapai permukaan dan mengendapkan perak dan juga air raksa dalam pusat mata air panas silikaan atau karbonatan, seperti kadar emas tinggi yang terdapat dalam beberapa lapangan geotermal aktif yang terdapat di New Zealand.

  1. Karakteristik

    Sistem Kristal         : Isometrik.

    Warna             : Putih – Perak

    Goresan         : Coklat, atau abu-abu sampai hitam.

    Belahan dan Pecahan     : Tak ada

    Kekerasan         : 2,5 – 3 skala Mohs

    Berat Jenis         : 10,5.


     

  2. Mekanisme Penambangan dan Pengolahan
    1. Penambangan

      Mekanisme penambangan perak selalu bersamaan dengan penambangan emas yang dikarenakan perak selalu berasosiasi dengan emas, sehingga penambangan pada umumnya sama, yaitu penambangan terbuka dan atau bawah tanah.

    2. Pengolahan

      Pengolahan perak pada umumnya sama dengan pengolahan emas. pengolahan emas


     

  1. Kegunaan

    Kegunaan perak sangat penting bagi kehidupan manusia di berbagai aspek. Dibawah ini ada kegunaan perak dalam beberapa hal, antara lain:

  2. Fotografi

    Perak digunakan dalam senyawa Silver nitrate, atau lunar caustic untuk dunia fotografi, dan sekitar 30% komsumsi industri perak digunakan untuk fotografi, ini dikarenakan kepekaanya terhadap sinar ultraviolet, dimana perak terkandung dalam klise sekitar 0,7% - 1%.

  3. Kedokteran

    Dalam dunia kedokteran, perak digunakan adalah bahan plastik master (plastik roentgent). Dalam plastik roentgen sebanyak 10kg diperlukan perak sebanyak 250g.

    Perak juga digunakan dalam campuran pengganti gigi.

  4. Perhiasan

    Perak tergolong logam mulia, sehingga banyak sekali perhiasan yang digunakan dengan bahan perak. Perak adalah mineral kedua setelah emas yang paling komersil digunakan sebagai perhiasan.

  5. Peralatan Listrik

    Perak juga digunakan untuk membuat alat-alat kelistrikan diantaranya adalah untuk membuat soldier, kotak listrik, baterai perak-timah dan perak-cadmium.

    Kegunaan lain dari perak adalah untuk bahan cat yang digunakan untuk membuat sirkuit cetak, untuk produksi kaca sebagai lapisan pada gelas dan logam lainnya.


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


 


 


 


 


 

  1. BARIT


 

Gambar 8 Barite

Barit dengan rumus kimia BaSO4, bentuk Kristal tabular, tidak berwarna atau putih apabila murni, kuning, merah, hijau, kadang-kadang hitam akibat adanya kontaminasi. Kumpulan Kristal dapat membentuk kenampakan seperti kipas, roset (desert roses). Sifat Kristal yang lain kompak, granular, massif, ataupun bernentuk sebagai stalaktit. Mempunyai kekerasan 2,5 – 3,5, berat jenis 4,48, cukup berat walaupun bukan termasuk logam. Mudah pecah, membentuk belahan prismatic, transparan atau translusen dengan luster vitreus, cerat putih, sulit terbakar dan tidak larut dalam asam, apabila dipanasi member nyala kuning hijau.


 

  1. Genesa

    Barit sangat umum sebagai mineral gang pada proses hidrotermal tingkat menengah sampai rendah. Barit kadang-kadang berasosiasi dengan timbale, perak, sulfide antimonite. Endapan barit sangat mungkin berasosiasi dengan bijih emas epitermal dan merupakan salah satu mineral indeks. Saat ini bijih emas dijumpai pula barit mengisi celah batu gamping atau dolomite (saat ini dikenal sebagai endapan residual tipe Karst). Dalam jumlah sedikit terbentuk pada mata air panas (hot springs). Terdapat juga dalam bentuk massif pada iron-manganese bearing jasper, pada celah batuan basalt dalam bentuk Kristal.

  2. Karakteristik

    Sistem Kristal         : Ortorombik.

    Warna         : Tak berwarna sampai putih; dapat pula kuning, coklat, kemerahan, abu-abu, kehijauan, atau biru.

    Goresan         : Putih.

    Belahan dan pecahan     : {001} dan {210} sempurna.

    Kekerasan         : 3 – 3,5

    Berat jenis         : 4,5


     

  3. Penambangan dan Pengolahan


     

    1. Teknik Penambangan

      Penambangan barit lebih banyak ditunjukan oleh singkapan yang tampak dipermukaan. Oleh sebab itu system penambangan yang diterapkan adalah penambangan terbuka dengan peralatan sederhana. Pada umumnya barit terakumulasi pada retakan-retakan ataupun pada patahan. Oleh sebab itu penambangan sistem gophering sangat mungkin dilakukan tetapi harus sangat hati-hati karena terjadinya runtuhan tanah akan sangat mungkin terjadi.


 

  1. Pengolahan dan Pemanfaatan

    Barit dari penambangan pada umunya kotor dan dilekati oleh batuan yang lain. Sehingga langkah awal barit ini dicuci dengan air dengan cara disemprot. Yang bersih dan kering dapat ditumbuk dan digerus kemudian disaring dengan ukuran tertentu. Karena barit mempunyai berat jenis yang besar (±4,4) maka proses floatasi dapat menghasilkan fraksi barit murni. Pada instalasi pengolahan yang agak modern, fraksi barit yang merupaan hasil proses pemecahan, dicuci dengan log-washer, kemudian disaring, fraksi yang berukuran halus diproses dengan jig untuk selanjutnya dikonsentrasi dengan cara floatasi. Hasilnya dikeringkan untuk selanjutnya dibuat dalam bentuk tepung.

    Tepung barit dimanfaatkan sebagai bahan cat , industri karet, kaca atau gelas, kertas dan plastic .tepung barit juga dimanfaatkan untuk lumpur pemboran minyak dan gas ( untuk mengangkut Cutting dari dasar lubang bor ke atas lubang bor). Dalam hal pemakaian yang demikian barit yang sudah dipakai dapat dimanfaatkan kembali ( dengan system sirkulasi ). Karena berat jenis besar barit cukup baik untuk bahan tambahan dalam membangun reactor atom. Barit dicampur dengan fenol – formal dehid, silikat, asbes dan arang kemudian digerus halus akan diperoleh semen Fenolik yang mempunyai daya tahan yang besar terhadap berbagai bahan kimia.


 

  1. Kegunaan dan Sebaran
    1. Kegunaan

      Digunakan sebagai van untuk membuat lumpur bor ( drilling mud ) yang dipakai pada pemboran minyak bumi dan gas. selain itu tepung barit dimanfaatkan sebagai bahan cat, industri karet, kaca atau gelas, kertas dan plastik.

    2. Sebaran
      1. Jawa Barat: Cikondang, Kec. Cineam, Kab. Tasikmalaya (berupa urat-urat pada celah-celah batuan tufa breksi).
      2. Jawa Tengah: Kp. Plampang Kukusan, Watutugu, Sermo, Kab. Pulon Progo (berupa urat-urat pada celah-celah batuan andesit, ditandai dengan kenampakan warna cokelat tua), Durensari, Bagelen Kab. Purworejo (seperti yang terdapat di Plampang).
      3. Kalimantan Barat: Desa Lanjut, Kec. Kendawangan, Kab. Pontianak (berupa urat atau pengisian pada rekahan-rekahan silicified limestone dengan komposisi BaSO4 = 96,5 – 98,5 %, SiO2 = 0,9 – 2,2%, Fe2O3 = 0,3 – 0,57%)
      4. Nusa Tenggara Timur: Tg. Merah dan Pakuoyom (P. Lomblen) Kab. Flores Timur (berupa urat-urat berasosiasi batuan kuarsa pada dasit) Kec. Riung Kab. Ngada (berupa urat-urat daam batuan tufa dasit).
      5. Sulawesi Selatan: Sangkanropi, Kab. Tanah Toraja (berasosiasi dengan bijih sulfide pada zona rhyolit/dasit yang terkersikan).

 

  1. TOSEKI


     

Gambar 9 Toseki

  1. Genesa

    Toseki atau batuan kuarsa-serisit terbentuk pada zona ubahan filik, yakni pada suhu 2200C pada kondisi pH netral. Endapan toseki biasanya berasosiasi dengan batuan vulkanik yang berkomposisi asam dan terbentuk sebagai hasil ubahan hidrotermal batuan vulkanik jenis tufa riolitik atau dasit atau dasitik. Komposisi utama dari toseki adalah mineral kuarsa 59-70%, serisit 15-30%, kaolinit 7-12 %, feldspar1 3%.

    Berdasarkan atas kandungan mineral utama toseki dibagi menjadi tiga tipe yaitu tipe serisit, tipe kaolinit,dan tipe feldspar, sedangkan berdasarkan atas kandungan Fe2O3 nya toseki dikelompokan menjadi 4 kelas yaitu kelas I Fe2O3 (0,4-0,5 %); kelas II (0,5-0,7%); kelas III dengan kandungan Fe2O3 = (0,7-0,9 %); kelas IV dengan kandungan TiO2 < 0,004 % dan MgO kurang dari 0,1 %.


 

  1. Karakteristik
    1. Warna putih kotor
    2. Mineral gelas
    3. Kompak
    4. Berbutir sedang

     Komposisi Kimiawi : SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, TiO2

    Toseki utamanya disusn oleh mineral kuarsa dan serisit sehingga disebut juga batuan kuarsa-serisit.


     

  2. Penambangan
    1. Teknik Penambangan

      Penambangan toseki dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

      1. Tambang terbuka atau open pit
      2. Tambang semprot atau hydraulicking
      3. Tambang bawah tanah atau underground mining

      Dua cara yang pertama yang lebih banyak digunakan dibanding cara yang ketiga. Pada tambang terbuka pada pengupasan tanah penutup dilakukan dengan alat sederhana atau dengan alat mekanis (bulldozer, scrapper dll).endapan kaolinnya dapat digali dengan eksavator anatar lain: Backhoe ataupun Shovel, kemudian dimuat kedalam truk dan diangkut ke pabrik pengolahan. Pada cara tambang semprot setelah pengupasan tanah penutup lalu disemprot menggunakan pompa air bertekanan tinggi. hasil penyemprotan berbentuk lumpur yaitu campuran kaolin dengan air. Kemudian lumpur tersebut dipompakan ketempat pengolahan dengan pipa-pipa.


 

  1. Pengolahan dan Pemanfaatan

    Pengolahan toseki dapat dilakukan untuk membuang mineral atau kontaminan seperti pasir kuarsa, oksida besi, oksida titanium, mika dan lain-lain. Selain itu untuk mendapatkan butir-butir halus, tingkat keputihan atau kecerahan tinggi, kadar air tertentu, pH tertentu dan sifat-sifat lainnya. Pada dasarnya proses pengolahan yang dilakukan sangat bergantung pada jumlah, jenis mineral pengotor dan spesifikasi penggunaannya.

    Kegunaan toseki umumnya dikaitkan dengan kadar Fe2O3.Toseki terutama untuk bahan baku keramik, refraktori dan isolator. Sebagai bahan keramik toseki mudah dikerjakan dan tidak memerlukan bahan campuran lain.


 

  1. Sebaran
    1. Sumatera Barat: Barangan, Kab.Padang Pariaman.
    2. Bengkulu: Tambang Sawah; Muaraaman (warna putih keabu-abuan, keras)
    3. Lampung: Sukamantri, Kec. Sumber Jaya, Kab. Lampung Utara.
    4. Jawa Barat: Bujal, Kec. Cipanas, Kab Lebak(Ubahan Hidrotermal dari batuan riolitik); Cicarucup Kec, Cikotok Kab.Lebak (ubahan hidrotermal dari batuan tufa dasitik); Talang Kab. Sukabumi.
    5. Jawa Tengah: Batuwarno, Wonogiri (ubahan hidrotermal dari batuan tufa dasitik); G. Rahtawu, Wonogiri (ubahan hidrotermal, baik untuk bahan baku wall tile dan floor tile).
    6. Jawa Timur: Pojok, Kec. Karangan Kab. Trenggalek (hasil ubahan dari batuan tufa dasitik anggota formasi andesit tua, baik untuk bahan baku wall t tua, baik untuk bahan baku wall tile dan floor tile ); G. Sambi, Kec. Karangan Kab. Trenggalek (hasil ubahan hidrotermal dari batuan tufa dasitik anggota formasi andesit tua, warna kecoklatan, banyak mengandung oksida besi, mutunya kurang baik); G. Nglenglengan, Wonosidi, Kec. Tulakan Kab. Pacitan (hasil ubahan hidrhasil ubahan hidrotermal dari batuan dasit, warna putih agak kompak).
    7. Kalimantan Barat: Lumar, Kab. Bengkoyang(hasil ubahan hidrotermal dari batuan tufa dasitik, mutu kurang baik).
    8. Nusa Tenggara Barat: Parado Kec. Monta, Kab. Sumbawa Besar (hasil ubahan dari batuan tufa dasitikran putih kekuningan, kompak ); Desa Sari, Kec. Sape, Kab Bima (hasil ubahan dari batuan tufa dasitik, meliputi G. Ranggate dan BT Gopah, berwarna putih).
    9. Nusa Tenggara Timur: Wailli Kab. Sikka (hasil ubahan hidrotermal dari batuan dasit); Wailolong Kab. Flores Timur (hasil ubahan hidrotermal dari batuan dasit); Sambor, Kec. Lembor Kab. Manggarai (hasil ubahan hidrotermal dari batuan dasit); Kopoone,Wolomage, Leke, Koanaro, Kec. Wolowaru, Kab. Ende (hasil ubahan hidrotermal dari batuan dasit, warna putih-coklat dengan pengotor oksida besi); Ae Bora, Oka Moge, Woluwaru, Kab. Ende (ubahan batuan leukogranit oleh batuan andesit, berwaran putih, agak massif ); Bukit Batuputih, Desa Labusen Bajo, Kab. Manggarai (hasil ubahan hidrotermal dari batuan dasit).
    10. Sulawesi Utara: Duhumulyo, Kab. Gorontalo (hasil ubahan hidrotermal batuan tufa); Buhu Kab. Gorontalo (hasil ubahan hidrotermal batuan tufa); Malitaga Kab. Bolaang Mangandow.
    11. Sulawesi Selatan: Sadang Malingbong, Kec. Sesean Kab. Tator (hasil ubahan hidrotermal batuan tufa dasit).


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  1. KAOLIN


     

Gambar 10 Endapan kaolin


 

Nama kaolin berasal dari kauling bahasa China yang berarti pegunungan tinggi. Ditempat ini penambangan kaolin telah dilakukan sejak beber apa abad yang lalu. Kaolin merupakan massa batuan yang tersusun dari mineral lempung dengan kandungan besi yang rendah. Kaolin mempunyai Komposisi Hydros Aluminium Silikat (Al2O3 2SiO2 2H2O) dengan disertai beberapa mineral penyerta. Mineraal yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit dan haloisit dengan kaolinit sebagai mineral utama.

  1. Genesa

Proses pembentukan kaolin adalah karena pelapukan dan proses hidrotermal alterasi pada batuan beku yang banyak mengandung felspar dimana mineral potasium auminium silika dan felspar diubah menjadi kaolin. Dapat pula terbentuk sebagai pelapukan batuan metamorf khususnya gneis, sedang kaolin sekunder merupakan hasil transportasi kaolin primer. proses pelapukan sebagai berikut:

2KalSi3O8 + 2H2O + CO2 Al2O3 2SiO2 2H2O + 4SiO2 + K2CO3

Felspar Kaolin


 

proses pelapukan tersebut terjadi pada permukaan atau sangat dekat dengan permukaan, pada umumnnya terjadi pada batuan beku. Endapan kaolin yang terjadi karena proses hidrotermalterdapat pada rekahan-rekahan, patahan atau daerah dengan permeabilitas tinggi. Di Indonesia endapan kaolin yang potensial merupakan endapan residual dari hasil pelapukan batuan beku asam/ granit. Kaolin umumnya berwarna putih, kekerasan 2-2,5 skala mohs, berat jenis 2,60-2,63, indeks bias 1,56, titik lebur 18500C, plastis, daya hantar panas dan listrik yang rendah, pH bervariasi. Kaolin yang diambil dari Pangkal Pinang, Bangka (2 tempat yaitu Batu Belubang dan Air Mesu) menunjukan kandungan SiO2 = 64,28-52,34 %, Al2O3 = 24,-31 %, Fe2O3= 1,35-1,70 %, TiO2=0,003-0,002%. .

  1. Karakteristik
  • kekerasan 2 – 2,5
  • berat jenis 2,6 – 2,63
  • plastis
  • mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah
  • pH bervariasi
  1. Penambangan
    1. Teknik Penambangan

Penambangan kaolin dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

  1. Tambang terbuka atau open pit
  2. Tambang semprot atau hydraulicking
  3. Tambang dalam atau underground mining

Dua cara yang pertama yang lebih banyak digunakan dibanding cara yang ketiga. Pada tambang terbuka pada pengupasan tanah penutup dilakukan dengan alat sederhana atau dengan alat mekanis (bulldozer, scrapper dll).endapan kaolinnya dapat digali dengan eksavator anatar lain: Backhoe ataupun Shovel, kemudian dimuat kedalam truk dan diangkut ke pabrik pengolahan. Pada cara tambang semprot setelah pengupasan tanah penutup lalu disemprot menggunakan pompa air bertekanan tinggi. hasil penyemprotan berbentuk lumpur yaitu campuran kaolin dengan air. Kemudian lumpur tersebut dipompakan ketempat pengolahan dengan pipa-pipa.

  1. Pengolahan dan Pemanfaatan

    Pada dasarnya pengolahan kaolin dilakukan untuk membuang mineral atau kontaminan seperti pasir kuarsa, oksida besi, oksida titanium, mika dll. Selain itu untuk mendapatkan butir-butir halus, tingkat keputihan atau kecerahan tinggi, kadar air tertentu, pH tertentudan sifat-sifat lainnya. Pada dasarnya proses pengolahan yang dilakukan sangat bergantung pada jumlah, jenis mineral pengotor dan spesifikasi penggunaannya.


 

Kaolin sebagai bahan baku industri mempunyai kegunaan yang berfariasi:

  1. Industri kertas
  2. Industri keramik dan porselin
  3. industri karet
  4. Bahan tahan api
  5. bagian dari industri Cat, Kaolin digunakan
  6. dalam industri plastik, kaolin digunakan untuk
  7. Barang barang industri lain.


     

Gambar 11 Kaolin


 


 

  1. Sebaran
    1. DI Aceh: Kab. Aceh Tenggara, daerah Blangkejereng (kaolin berwarna putih, plastis, mengandung pasir kuarsa dan pirit) dan Kec. Kuta panjang, Kp. Akul (telah digunakan sebagai bahan keramik, analisis X-RD adalah kaolin, kuarsa, dan mika, terdapat dalam formasi Rampong yang berumur Oligosen Atas-Miosen Bawah); Kab. Aceh Barat daerah Krueng,Seunagan (terdapat pada formasi tutut yang berumur kwarter, warna putih abu-abu, plastis, mengandung pasir kuarsa dan sisipan tipis lignit).
    2. Sumatera Utara: Kab. Tapanuli Utara, daerah perbukitan dan rawa Aek Rao didataran Sarulla (merupakan hasil proses hidrotermal, berasosiasi dengan batuan andesit).
    3. Sumatera Selatan: daerah G. Muda, Belinyu,daerah Muntok, Jebus Sungai Liat, daerah Merawang, daerah Air Seru, Pangkal Pinang, P. Bangka (berasal dari granit lapuk berumur Trias, merupakan kaolin letakan atau aluvial, dapat digunakan untuk bahan baku industri keramik halus, industri cat dan kertas)
    4. Kalimantan: Kab. Banjar, Daerah Liang anggang (merupakan endapan aluvial, analisa X-RD; kuarsa, holoysit-kaolinit, mika); Kab. Martapura, daerah Utamik(hasil peapukan tufa asam dan batuan beku)
    5. Jawa: Banjarnegara, Wonogiri, desa Jetak Kec. Semin, G. Kidul, trenggalek.
    6. Bali: Kab. Tabanan,Kec. Baturiti, desa Bangli (merupakan pelapukan tufa batu apung, warna putih abu-abu)
    7. Nusa Tenggara Barat: Kab. Lombok Timur, Kec. Kruak, desa Batunampar (pelapukan Andesit); Kab. Bima, Kec. Sape, desa Sari (pelapukan andesit, dapat digunkan sebagai bahhan baku keramik kasar)
    8. Sulawesi Tengah: Palawa Kab. Donggala (pelapukan tufa kaca, berumur kwarter)
    9. Maluku: Ngai Modomera, Tabobo, Halmahera Tengah.


       


  1. GIPSUM


 

Gambar 12 Gipsum


 

Gipsum dengan rumus kimia CaSO4 2H2O atau dalam bentuk anhydrite CaSO4 H2O dapat terbentuk karena proses segregasi dan evaporasi juga dapat terbentuk karena proses hidrotermal.

Gypsum ini mempunyai kekerasan 2dan dipakai sebagai salah satu standar kekerasan mohs. Di lapangan gips didapatkan dalam bentuk lembaran pipih, kristalin, serabut didaerah batugamping, batugamping dan fumarole. Konsep utama terbentuknya gips adalah terdapatnya Ca+2 dan SO4-2 , yang tersebut terakhir dapat berasal dari belerang (S) atau pirit (FeS2). Adanya kondisi reduksi dari daerah sedimentasi yang bersifat karbonatan (mis pada batu lempung ) akan menghasilkan gips yang berlembar pipih. Adanya fumarole dari daerah batuan yang bersifat karbonatan akan menghasilkan gips Kristal.


 

  1. Genesa

Demikian adanya pirit (FeS2). Disamping itu gips terbentuk akibat hidrotermal yang berdekatan dengan batuan karbonat akan menghasilkan gips Kristal seperti yang didapatkan di daerah Ponorogo. Secara teoritis, gips mempunyai komposisi CaO 32,6%, SO3 46% dan H2O 20,9%. Di pasaran dikenal :

  1. Gelas maria = selenit, lembaran gips dengan ukuran cukup besar dan tembus pandang.
  2. Gips serat atau dikenal pula sebagai gips sutra
  3. Alabaster ;jenis gips yang berbutir halus
  4. Batu gips berbutir halus sekali dan kompak


 

  1. Karakteristik

Gipsum umumnya mempunyai sifat lunak

  1. Pejal
  2. Kekerasan 1,5 – 2 (skala mohs)
  3. Berat jenis 2,31 – 2,35
  4. Kelarutan dalam air 1,8 gr/l pada 00C yang meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400C, tapi menurun lagi ketika suhu semakin tinggi.

Gipsum sering didapatkan bersama dengan halit dan anhidrit (gips : CaSO42H2O; anhydrite CaSO4)

  1. Kegunaan dan Sebaran
    1. Kegunaan

      Gypsum memiliki banyak kegunaan sejak zaman prasejarah hingga sekarang.

      Beberapa kegunaan gypsum yaitu

      1. Bahan perekat.
      2. Penyaring dan sebagai pupuk tanah. Di akhir abad 18 dan awal abad 19, gypsum Nova Scotia atau yang lebih dikenal dengan sebutan plaster, digunakan dalam jumlah yang besar sebagai pupuk di ladang-ladang gandum di Amerika Serikat.
      3. Campuran bahan pembuatan lapangan tenis.
      4. Sebagai pengganti kayu pada zaman kerajaan-kerajaan. Contohnya ketika kayu menjadi langka pada Zaman Perunggu, gypsum digunakan sebagai bahan bangunan.
      5. Sebagai pengental tofu (tahu) karena memiliki kadar kalsium yang tinggi, khususnya di Benua Asia (beberapa negara Asia Timur) diproses dengan cara tradisonal.
      6. Sebagai penambah kekerasan untuk bahan bangunan
      7. Untuk bahan baku kapur tulis
      8. Sebagai salah satu bahan pembuat portland semen
      9. Sebagai indikator pada tanah dan air
      10. Sebagai agen medis pada ramuan tradisional China yang disebut Shi Gao.


       

    2. Sebaran

      Seperti diuraikan diatas gips diddapatkan dalam berbagai bentuk Kristal. Tempat didapatkannya gips antara lain:

      1. Daerah Istimewa Aceh : Pante Raya, kec Trenggading, kab Aceh Utara didapatkan berwarna bening berupa bongkah dengan ukuran sampai 30 cm.
      2. Jawa Barat : Jati, Cibareng, Teluk Jambe kab Kerawang; Cidadap Tasikmalaya; Subang dan Sumedang;


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


  1. DOLOMITE


 

Gambar 13 Dolomit


 

Dolomite yang baru dikenal sejak tahun 1882, merupakan variasi batu gamping yang mengandung > 50%  karbonat istilah dolomite pertama kali digunakan untuk batuan karbonat tertentu yang terdapat didaerah Tyeolean Alpina (Pettijohn.F.J. 1956). Dolomit dapat terbentuk karena proses primer dan sekunder.

  1. Genesa

Dapat terbentuk pada lingkungan sedimen, melaluia proses hidrotermal dan terdapat dalam urat-urat, serta berasosiasi dengan fluorit, barit, kalsit, siderit, kuarsa dan mineral-mineral bijih metalik. Dapat juga terbentuk secara metamorfisme.

Dolomit dapat bersama-sama dengan batu gamping. Dolomit terjadi karena proses pelindihan (leaching) atau peresapan unsur magnesium dari air laut kedalam batu gamping. Proses ini disebut dengan proses dolomitisasi yaitu proses penggatian Ca oleh unsur Mg. Berdasarkan atas jumlah mineral / unsur dolomit (MgCO3) maka dibedakan:

  1. CaCO3 = 100% dikenal sebagai atu gamping.
  2. CaCO3 ± ≥ 10% MgCO3 dikenal sebagai batu gamping dolomitan.
  3. CaCO3 ± ≥ 45% MgCO3 dkenal sebagai dolomit.
  1. Karakteristik
    1. Berwarna sering merah muda atau kemerah merahan dan dapat tidak berwarna, putih, kuning, beruban/kelabu atau bahkan warna coklat atau hitam ketika besi hadir di kristal.
    2. Berkilap seperti mutiara ke seperti kaca ke tumpul..
    3. Sifat terhadap cahaya adalah transparan ke tembus cahaya..
    4. Sistem hablur adalah trigonal; menghalangi 3 Crystal Habits meliputi rhombohedral pelana yang shaped yang kembar belah ketupat dan yang sederhana beberapa dengan wajah yang sedikit dibengkokkan, juga seperti prisma/aneka warna, raksasa (masive), berisi butir kecil dan batu karang yang membentuk. Tidak pernah yang ditemukan di scalenohedrons.
    5. Perpecahan sempurna di tiga arah yang membentuk rombohedron.
    6. Belahan conchoidal.
    7. Kekerasannya adalah 3.5-4 Specific Gravity adalah 2.86 ( rata-rata)
    8. Warna lapisan putih..
    9. Karakteristik yang lain: Tidak sama dengan kalsit, berbuih dengan lemah dengan cuka yang hangat atau ketika lebih dulu bertepung/berbubuk dengan HCl yang dingin.
    10. Mineral yang dihubungkan: meliputi kalsit, mineral bijih sulfida, fluorit [CaF], barit, kwarsa dan adakalanya dengan emas.
  2. Penambangan
    1. Teknik Pertambangan

      Penambangan batuan dolomite di Indonesia umumnya dilakukan dengan cara tambang terbuka dengan metoda quarry. Tanah penutup (overburden) yang terdiri dari tanah liat,pasir dan koral dikupas terlebih dahulu. Pengupasan dilakukan dengan menggunakan bulldozer atau power scraper. Penambangan dilakukan dengan cara konvensional dan mekanis

    2. Pengolahan

      Pengolahan dolomite dilakukan dengan cara yang sederhana pula. Bongkah-bongkah dolomite dari penambangan diangkut ke unit pengolahan. Kemudian bongkah-bongkah dolomite tersebut direduksi ukurannya dengan menggunakan alat pemecah batu, hasil proses ini selanjutnya digiling untuk mendapatkan dolomite yang berukuran halus (tepung) dengan ukuran tertentu yang disesuaikan dengan permintaan.

    3. Pemanfaatan

      Dolomite banyak dimanfaatkan baik dalam pertanian, bahan bangunan ataupun dalam industri. Dolomite banyak dimanfaatkan sebagai komoditi pada :

      1. Industry refraktori
      2. Dalam tungku pemanas atau pencair
      3. Dalam pupuk digunakan unsure Mg untuk meningkatkan pH tanah
      4. Dalam industri cat sebagai pengisi
      5. Industri kaca, plastik, kertas
      6. Bahan pembuat semen, sorel, sea water magnesia
      7. Industri alkali
      8. Pembersi air
      9. Industri ban
      10. Ply wood
      11. Industri obat-obatan dan kosmetik
      12. Campuran makanan ternak industry keramik
      13. Bahan penggosok (abrassive)
  3. Potensi dan Penyebaran

    Tushadi (1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomite yang cukup besar tedapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura, dan Papua. Selain itu sebenarnya dolomite juga terbesar didaerah lain, namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan batu gamping.


     

    1. Propinsi Jawa Barat

      Dijumpai di daerah Cibinong, Bogor yaitu dipasir Gedongan. Dolomite didaerah ini umumnya berwarna putih abu-abu dan putih, serta termasuk batu gamping dolomitan yang bersifat keras, kompak dan kristalin.


 

  1. Propinsi Jawa Tengah

    Dijumpai didaerah Pamotan, tepatnya sekitar 1 km di sebelah timur laut Pamotan. Cebakan daerah ini berupa batuan dolomite atau batu gamping dolomitan.


 

  1. Propinsi Jawa Timur

    Dijumpai dibeberapa daerah  yaitu:

    1. Di daerah G. Ngaten, dan G. Ngembang, Tuban yang terdapat pada bagian atau formasi batu gamping yang berumur pliosen. Cadangan dolomite denagn kandungan MgO 18,50% sebesar 9 juta M3, sedangkan dengan kandungan MgO 14,5%  sebesar 3 juta m3.
    2. Di daerah Sekapuk, endapan dolomite terdapat disebelah uatara kampong Sekapuk yang terletak antara Sedayu-Tuban. Endapan batu gamping dan dolomite didaerah ini membentuk bukit Sekapuk, Kaklak, dan Malang. Batuan dolomite didaerah ini terdapat formasi gamping berumur pliosen dengan ketebalan 50 m dan mempunyai sifat lunak serta berwarna putih. Jumlah cadangan sekitar 50 juta m3.


 

Di daerah Pacitan, Sentul, dan Pancen umumnya batu gamping yang mengandung dolomite 4,5 – 90,4% berumur pliosen. Di daerah G. Kaklak, Tuban cebakan dolomite terdapat dalam formasi batu gamping pliosen, dengan ketebalan sekitar 35 m dan besar cadangan diperkirakan sekitar 70 juta m3.


 

Di G. Lengis, Gresik pada umumnya batuan dolomite yang terdapat di daerah ini bersifat keras dan pejal, kompak serta kristalin. Di daerah Socah, Bangkalan Madura, yaitu sekitar 1km sebelah timur Socah., batuan dolomite termasuk formasi Kalibening (fasis batu gamping) yang berumur pliosen. Cebakan dolomite disini berwarna putih agak lunak dan sarang, dengan cadangan ditaksir sekitar 430 juta meter ton.


 

  1. Propinsi Sumatera Barat

    Dijumpai didaerah G. Kajal, analisa batu gamping yang diambil dari bongkahan lepas yang berasal dari dap[ur bakar batu gamping dekat Kajal (antara Bukit Tinggi– Payakumbuh), diperkirakan berumur permokabron.


 

  1. Propinsi Sulawesi Selatan

    Dijumpai di daerah Tonasa, beberapa contoh batu gamping yang berasal dari Tonasa telah dianalisa, hasilnya menunjukkan bahwa contoh tersebut adalah dolomite yang berumur Eosen dan merupakan lensa-lensa dalam batu gamping.


 

  1. Propinsi Papua

    Terdapat di daerah Abe Pantai , sekitar G. Sehajiro, G. Mer, dan Tanah hitam dengan kandungan MgO = 10,7% - 21,8%, merupakn lensa-lensa dan kantong –kantong dalam batu gamping.


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  1. BELERANG
    1. Genesa

    Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :

    1. Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.Gambar mineral belerang yang mengisi rekahan-rekahan terdapat di bawah ini.
    2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.


 

Gambar 15 Contoh cebakan hidrotermal

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrothermal, antara lain Ephithermal (T 1000C-2000C), Mesothermal (T 2000C-2500C), dan Hipothermal (T 3000C-5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.Dan belerang merupakan mineral yang terbentuk pada jenis endapan hidrotermal yaitu tipe Mesothermal.

Secara keseluruhan mineral ubahan hidrotermal terbentuk sebagai hasil replacement dari mineral utama pembentuk batuan dan matrik/masa dasar pada semua jenis batuan sebagai pengisi rekahan pada batuan (vein) dan sebagai pengisi rongga pada batuan (vug). Terbentuk oleh fluida bersifat asam hingga netral dengan temperatur pembentukan relatif rendah hingga tinggi.Pada umumnya endapan belerang yang terjadi di Indonesia mempunyai hubungan yang erat dengan aktifitas gunung api. Endapan tersebut dapat merupakan endapan sedimen, kerak belerang atau endapan hydrothermal metasomatik.Genesa endapan belerang, menurut Bischof, terjadi dari H2S yang merupakan hasil reduksi CaSO4 oleh karbon dan methan.

Reaksi kimia yang terjadi sebagai berikut :
Ca SO4 + 2 C -----> CaS + 2 CO2
Ca SO4 + CH4 -----> CaS + CO2 + 2 H2O
Ca S + CO2 +H2O ------> Ca CO3 + H2 S
2 H2 S + O2 ------> 2 H2O + 2 S

Terbentuknya H2S menjadi belerang bisa dengan 2 (dua) cara yaitu :
a. Oksidasi oleh air tanah.
b. Reaksi antara H2 S dengan Ca SO4

Reaksi kimia yang terjadi sebagai berikut :
2 H2 S + O2 ------- 2 H2O + 2 S (O2 dari air tanah )
3 H2 S + Ca SO4 ------- 4 S + Ca (OH) 2 + 2 H2O

Belerang yang terjadi akibat kegiatan gunung api membentu cebakan sebagai hasil sublimasi solfatara atau fumarola disamping akibat dari gas-gas dan larutan yang mengandung belerang di dalam 3 (tiga) type endapan yaitu :

  1. Type sublimasi yaitu terdapat di dekat kawah dengan kadar belerang ( S ) adalah sekitar 70 -99,9 %.
  2. Type lumpur yaitu terdapat di dekat danau kawah dengan kadar belerang ( S ) adalah 40 - 70 %.
  3. Type kerak yaitu terdapat di sekitar kawah dengan kadar belerang ( S ) adalah 5 - 40 %.
  1. Karakteristik Belerang

KARAKTERISTIK MINERAL

HASIL 

APLIKASI 

Simbol Kimia

Ini adalah Belerang murni. Hal ini pada Tabel Periodik Elemen.

Warna

Kuning,kuning kehitam-hitaman. 

Sulfur adalah beberapa bentuk kuning-cahaya atau gelap, tapi akan berubah menjadi kemerahan atau kuning kehijauan jika terdapat kotoran di dalamnya.

Kekerasan 

1,5 - 2,5 (skala Mohs) 

Hal ini rapuh dan dapat rusak dengan mudah. Kita bisa menggaruknya dengan kuku kita. 

Kilap 

Vitreous, lilin 

Ketika cahaya bersinar di atasnya, tampak berkaca-kaca atau lilin.

Gores 

Putih 

Jika digosok atau digores dengan kuku berwarna putih 

Berat Jenis 

2,1 

Mineral ini sangat ringan 

Pecahan 

Conchoidal 

Mineral ini mudah hancur atau pecah menjadi beberapa bagian. 

Belahan

Sangat miskin dalam dua arah 

Jika rusak, itu terbagi tidak merata dalam dua arah. 

Bentuk Kristal 

Ortorombik 

 


 

Sifat belerang lainnya adalah : tidak larut dalam air, atau H2SO4. Titik lebur 129oC dan titik didihnya 446oC. Mudah larut dalam CS2, CC14, minyak bumi, minyak tanah, dan anilin, penghantar panas dan listrik yang buruk. Apabila dibakar apinya berwarna biru dan mengeluarkan bau SO2 yang busuk dan menyengat.

  1. Penambangan Dan Pengolahan Belerang
    1. Penambangan

      Penambangan belerang dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu Penambangan Tradisional,Penambangan Terbuka dan Penambangan bawah tanah dengan cara Frasch.Proses penambangan belerang dijelaskan sebagai berikut:

      1. Penambangan Tradisional


         

        Penambangan belerang di Indonesia kebanyakan dilakukan dengan cara penambangan tradisional.Contohnya di kabupaten Bondowoso yaitu di kawah Ijen.Dimana masyarakat menggali belera

        ng di bibir kawah kemudian mengangkutnya ke atas sejauh beberapa kilometer.Proses penambangan seperti ini dinilai merugikan masyarakat karna masyarakat harus memikul beban belerang yang sangat berat sedangan harga belerang setelah ditukarkan sangat rendah.


 


 

  1. Penambangan Terbuka

    Teknik penambangan endapan Belerang dapat dilakukan dengan cara Tambang Terbuka dimana penggalian endapan Belerang dilakukandengan bantuan peralatan mekanis antara lain : Shovel, dragline dan Excavator.

    Berdasarkan hasil peninjauan di lapangan maka metode yang cocok diterapkan adalah Tambang Terbuka , sedangkan peralatan yang dipakai adalah peralatan non mekanis atau tradisonal yaitu : Cangkul, Linggis, dan Ganco serta keranjang yang pelaksanaan kerja penambangannya memakai sistem padat karya . Hal ini memungkinkan untuk memberikan kesempatan kepada penduduk sekitar turut berperan dalam bekerja sama dengan pengusaha tambang agar terjalin hubungan harmonis di daerah selain itu memberikan dampak positif yaitu menciptakan peluang kerja dengan tujuan menambah pendapatan penduduk di sekitar lokasi penambangan.


 


 

  1. Cara Frasch

    Proses Frasch merupakan suatu proses pengeboran yang ditujukan untuk mendapatkan kembali simpanan belerang yang terkandung di dalam tanah. Proses ini ditemukan oleh Herman Frasch (1851-1914), seorang insinyur teknik kimia muda dari Jerman. Pada tahun 1868, Frasch mencoba peruntungannya dengan datang ke Amerika dimana kondisi saat itu Civil War (Perang Sipil) baru saja berakhir dan perekonomian disana mulai bergerak ke arah kemakmuran. Segera setelah kedatangannya, Frasch mendirikan industri laboratorium yang berada di Philadelphia, dan pada 1876, ia berhasil mematenkan proses pembuatan parafin dari minyak mentah. Hal Ini membuat Frasch menarik perhatian dari Standard Oil Company, yang kemudian mempekerjakan Frasch untuk bekerja di Cleveland, Ohio laboratorium. Disana, Frasch mengamati bahwa banyak dari sumur minyak yang tidak dapat dijual karena berisi komponen belerang. Jika minyak "asam" ini dibakar maka akan menghasilkan kualitas yang jelek dan bau yang menyengat bahkan setelah itu dimurnikan. Frasch akhirnya menemukan cara untuk menanggulangi ketidakmurnian ini. Dalam metode yang dia patenkan di tahun 1887, minyak sebelumnya didistilasi dahulu dengan tembaga oksida atau oksida logam lainnya dengan tujuan mengekstraksi sulfurnya. Setelah itu jumlah oksida yang dibutuhkan bisa didapatkan kembali dan digunakan lagi. Proses ini meningkatkan pasokan minyak yang bermanfaat bagi Amerika Serikat dan membantu mengatur tahapan baru dalam industri untuk merintis perindustrian mobil.


 

Gambar 17 diagram skema proses frasch

Terobosan Frasch yang berikutnya adalah ide mengenai pengeboran untuk belerang-mineral yang digunakan untuk membuat asam sulfat (sulfuric acid), yang mana saat ini adalah industri yang paling penting yang diproduksi indutri kimia.

Meskipun belerang adalah bahan padatan, Frasch percaya bahawa simpanan belerang dalam tanah mampu ia lelehkan dan kemudian dipompa ke atas permukaan, dengan demikian makin banyak minyak yang dapat diproduksi. Pada saat itu, di pulau Mediterania tepatnya Sisilia memiliki hampir sebuah monopoli dari sumber daya alam belerang, di mana disana deposit belerang berada di tempat yang dangkal dan mudah ditambang. Sebagai tambahan, pekerja Sisilia menerima upah rendah dan kondisi yang kasar daripada penambang di Amerika . Texas dan Louisiana merupakan lahan tambang yang besar jumlah belerangnya , tetapi terletak jauh dibawah tanah, dilindungi oleh rawa-rawa dan pasir. Frasch pada tahun 1894 untuk kali pertama berusaha untuk melakukan pengeboran belerang di rawa Louisiana. Dia menyesuaikan metode yang digunakan sebelumnya untuk pertambangan garam larut dalam air. Untuk mencairkan belerang, air panas dipompakan melebihi titik normal didihnya ke dalam tanah melalui borehole. Setelah mengatasi berbagai masalah teknis, Frasch mengelola proses untuk mendapatkan campuran yg berupa lelehan belerang dan air. Frasch kemudian melakukan proses improvisasi dengan menggunakan kompresi udara dan memompa belerang ke permukaan. Meskipun banyak bahan bakar yang dikonsumsi untuk memanaskan air untuk meleburkan belerang, deposit minyak yang besar yang ditemukan cukup baik. Ditahun 1902, proses Frasch untuk produksi sulfur menjadi praktek yang bisa diterapkan secara umum , sehingga memberikan Amerika pasokan belerang dan asam sulfat sendiri untuknya . Ini merupakan salah satu langkah mengurangi ketergantungan Amerika Serikat dari Eropa untuk industri kimia. Saat ini, proses Frasch digunakan untuk menghasilkan hampir sepertiga dari semua komersial belerang.

  1. Pengolahan

    Pengolahan bahan galian belerang menjadi bahan yang siap pakai tergantung dari jenis endapannya. Untuk belerang kristal, dapat langsung dimasukkan ke dalam dapur autoclave yang kemudian ditambahkan solar, air dan NaOH. Proses selanjutnya, dipanaskan dengan memasukkan uap air panas dengan tekanan 3 atmosfir selama 30 menit sampai 60 menit.

    Pemisahan akan terjadi karena belerang mempunyai titik lebur yang rendah bila dibandingkan dengan mineral-mineral pengotor seperti mineral besi dan mineral silicat. Proses akhirnya adalah belerang cair yang selanjutnya dialirkan melalui filter untuk dicetak sesuai cetakan yang telah ditentukan. Untuk belerang lumpur, proses pengolahan dengan flotasi sebelum dimasukkan ke dalam autoclave. Tujuan flotasi adalah meninggikan kadar belerang dan menghilangkan senyawa-senyawa besi sulfat dan silikat dari larutan.

    Proses selanjutnya adalah dengan cara pelarutan dan penghabluran (pengkristalan) dengan menggunakan pelarut karbon disulfida, dymethyl di sulfida atau larutan hidrokarbon berat lainnya. Setelah belerang menjadi bentuk kristal, proses selanjutnya sama seperti pengolahan belerang jenis kristal. Cara yang lebih sederhana dan murah adalah dengan jalan memanaskan bongkahan-bongkahan belerang di dalam wajan besi atau aluminium yang berdiameter 80 cm sampai 100 cm yang ditempatkan di atas tungku dari batu andesit dan tanah liat.

    Pemanasan dilakukan dengan kompor tekan minyak tanah sambil diaduk-aduk. Setelah belerang mencair maka disaring dengan kantong-kantong yang terbuat dari tetoron dimana hasil saringannya ini selanjutnya ditampung dalam tabung-tabung sebagai alat cetakan.

    1. Kegunaan Belerang

      Belerang mempunyai banyak kegunaan diantaranya sebagai bahan baku pembuatan asam sulfat, pembuatan karbon di sulfida, CS2 (bahan baku serat rayon) serta pada proses vulkanisasi karet (ikatan silang belerang akan memperkuat polimer karet),
      pembuatan kertas, pupuk, plastik, obat-obatan, bahan peledak,bahan kosmetik dan sesuai dengan belerang digunakan. Umumnya belerang yang dipergunakan dalam industri adalah belerang yang mempunyai kadar lebih dari 98 % dengan sedikit prosentase pengotor yang kurang dari 2 %.

      1. Dalam Pembuatan Asam Sulfat

      Di gunakan sebagai bahan baku senyawa-senyawa sulfat, antara lain sebagai berikut:

      1. H2SO4 di gunakan sebagai pereaksi dalam pembuatan pupuk superfosfat, Ca(H2PO4)2.dengan reaksi Ca3(PO4)2 + 2H2SO4 → Ca(H2PO4)2 + 2CaSO4
      2. Al2(SO4)3 zat penjernih air yang dikenal dengan tawas
        Tawas tersebut di tambahkan pada air yang keruh sehingga air yang keruh tadi menjadi jernihkembali.
      3. H2SO4 digunakan sebagai elektrolit pada aki kendaraan bermotor
        H2SO4 dalam aki di gunakan sebagai cairan elektrolit untuk merendam pelat positif dan pelat negative pada aki,misal bahan aktif dri pelat positif terbuat daari oksida timah coklat(PbO2)sedang bahn aktif dari pelat negative ialah timah (Pb).pelat-pelat tersebut terendam oleh cairan elektrolit yaitu asam sulfat sehingga oksigen pada pelat positif akan bereaksi dengan hydrogen pada cairan elektrolit yang secara perlahn-lahan keduanya bergabung /berubah menjadi air (H2O),asam sulfat pada pada cairan elektrolit bergabung dengan timah di pelat positif maupun negative sehingga menempel di pelat-pelat tersebut dan membantu aki mengeluarkan arus. reaksi ini akan terus berlangsung sampai isi (tenaga baterei habis) atau mengalami discharge.
      4. H2SO4 di gunakan untuk membersihkan logam-logam pada proses galvanisasi dan penyepuhan. Lapisan oksida pada permukan logam dihilangkan agar bahan penyalut dapat menempel kuat.
      5. Industri Amonium Sulfat (NH4)2SO4

        Senyawa amonium sulfat sebagai jenis pupuk yang di kenal dengan pupuk Z.A (zwavelvur amonium).Pupuk ini dibuat dengan mereaksikan asam sulfat dan Amonia

        2NH3 + H2SO4 → (NH4)2SO4

      6. Dalam pembuatan fotografi. Na2S2O3.5H2O di gunakan dalam fotografi untuk melarutkan perak bromida yang tidak reaktif dari emulsi dengan pembentukan komplek [Ag(S2O3)] dan [Ag(S2O3)2]3-
      7. Alkil benzena sulfonat dalam deterjen.Deterjen dengan bahan ini bersifat keras, cara pembuatannya yaitu dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum.

        Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena maka persamaan reaksinya adalah

        C6H5C12H25 + SO3 C6H4C12H25SO3H
        (Dodekil Benzena Sulfonat)
        Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium

        Dodekil Benzena Sulfonat. Kemudian bahan yang sering di gunakan dalam deterjen yaitu lauril sulfat / lauril alkil sulfonat, deterjen dengan bahan ini sifatnya lunak cara pembuatannya yaitu mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:

        C12H25OH + H2SO4 C12H25OSO3H + H2O
        Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat


       

      1. Vulkanisasi Karet dan Ban

        Selain sebagai bahan baku pembuatan asam sulfat, belerang juga berperan dalam proses vulkanisasi karet. Charles Goodyear pertama kali di tahun 1839 melakukan vulkanisasi ini dengan mencampurkan sulfur pada karet alam melalui proses pemanasan.


 

  1. Penyebaran Belerang
    1. Penyebaran Belerang di Indonesia

      Sebaran belerang di Indonesia terkonsentrasi pada jalur vulkanik.Yaitu di sepanjang pulau Sumatra,terutama di Sumatra Utara dan Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku.


 

Gambar 18 Penyebaran belerang di Indonesia


 


 

  1. Penyebaran Belerang di Propinsi Nusa Tenggara Timur

    Penyebaran belerang di NTT terbanyak ada di pulau Flores.Mulai dari Kabupaten Manggarai, Ngada, Ende dan Sikka yang merupakan jalur vulkanik atau jalur terdapatnya gunung api.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  1. BENTONIT


     

Gambar 19 Bentonit

2.10.1     Genesa

Bentonit merupakan mineral lempung yang mampu menyerap air dan mengembang. Sifat-sifat tersebut menjadikan bentonit memiliki banyak kegunaan. Bentonit merupakan hasil endapan hasil aktivitas vulkanik jatuhan berukuran sangat halus yang kemudian mengalami proses pengerjaan oleh air dan terendapkan kembali di daerah lain, kemungkinan pada lingkungan laut dalam. Kenampakan yang terdapat pada daerah Gunung Kidul menunjukkan warna putih kotor, warna lapuk coklat cerah, struktur berlapis (laminasi), tekstur klastik, agak keras, agak kompak, ringan tersusun oleh butiran gelas vulkanik, pumis tuff serta material piroklastik yang lain dengan ukuran sangat halus.

Proses Terbentuknya Bentonit

Secara umum, Terbentuknya endapan bentonit ada empat macam, yaitu :

  1. Endapan Hasil Pelapukan.

    Faktor utama dalam pembentukan endapan bentonit sebagai hasil pelapukan adalah komposisi kimia dan daya lalu air pada batuan asalnya. Mineral-mineral utama dalam pembentukan bentonit antara lain adalah, plagioklas, kalium-feldspar, biotit, muskovit serta sedikit kandungan senyawa alumina dan ferromagnesia. Pembentukan bentonit dari proses pelapukan diakibatkan oleh adanya reaksi antara ion-ion hidrogen yang terdapat dalam air tanah dengan senyawa silikat.

  2. Endapan Proses Hidrotermal.

    Larutan hidrotermal merupakan larutan yang bersifat asam dengan kandungan khlorida, sulfur, karbondioksida, dan silika. Dalam proses ini komposisi larutan kemudian berubah karena adanya reaksi dengan batuan lain. Larutan alkali selanjutnya terbawa keluar dan bersifat basa serta akan tetap bertahan selama unsur alkali tanah tetap terbentuk akibat penguraian batuan asal. Pada alterasi lemah, keterdapatan unsur alkali tanah akan membentuk bentonit.

  3. Endapan Akibat Transformasi.

    Endapan bentonit sebagai hasil transformasi / devitrifikasi debu gunung api terjadi dengan sempurna apabila debu diendapkan di dalam wadah berbentuk cekungan. Mineral-mineral gelas gunung api secara perlahan-lahan akan mengalami devitrifikasi yang selanjutnya akan menghasilkan bentonit.

  4. Endapan Sedimen.

    Bentonit juga dapat terbentuk sebagai cadangan sedimen keadaan basah. Mineral-mineral yang terbentuk secara sedimenter dan tidak berasosiasi dengan tufa, salah satunya adalah bentonit serta terbentuk dalam cekungan yang bersifat basa.


     

  1. Jenis – Jenis Bentonit

    Bentonit terbagi atas 2 jenis yaitu

    1. Swelling Bentonite (Bentonit dapat Mengembang)atau sering juga disebut bentonit jenis Wyoming atau Na-Bentonit. Bentonit jenis ini dapat digunakan sebagai bahan lumpur bor, penyumbat kebocoran bendungan, bahan campuran cat sebagai bahan baku cat, sebagai bahan baku farmasi, bahan perekat pada pasir cetak dalam industri pengecoran dan lain sebagainya
    2. Non Swelling Bentonite ( Benonit yang kurang dapat mengembang), atau sering juga disebut ca-bentonit. Bentonit jenis ini dapat digunakan sebagai bahan penyerap (pemucat) warna.


       

  2. Komposisi Bentonit

    Komposisi bentonit terdiri dari :

    1. Kalsium Oksida (CaO) 0,23%
    2. Magnesium Oksida (MgO) 0,98 %
    3. Alumunium Oksida (Al2O3) 13,45%
    4. Ferri oksida (Fe2O3) 2,18%
    5. Silica (SiO2) 74,9%
    6. Kalium Oksida (K2O) 1,72%
    7. Air (H2O) 4 %


       

  3. Sifat – sifat umum Bentonit

    Sifat – sifat umum dari bentonit adalah :

    1. Memilki kilap lilin
    2. Memiliki warna yang cukup bervariasi, mulai dari warna dasar putih, hijau muda kelabu, merah muda dalam keadaan segar, dan akan berubah warna menjadi krem apabila telah melapuk, dan lama kelamaan akan menjadi kuning dengan sedikit kemerahan, atau kecoklatan, serta hitam keabu – abuan, tergantung pada jenis dan jumlah fragmen mineralnya
    3. Bersifat sangat lunak dan plastis, memilki porositas yang tinggi, ringan, mudah pecah, tersa seperti sabun, mudah menyerap air dan dapat melakukan pertukaran ion.
    4. Mempunyai berat jenis berkisar antara 2,4 – 2,8 g/ml.


       

2.10.5    Teknik Penambangan

Bentonit merupakan bahan galian yang lunak, oleh sebab itu teknik penambangan dengan sistem kuari dan dapat mempergunakan peralatan sederhana.


 

2.10.6    Pengolahan

Bentonit dari hasil tambang yang masih berupa bongkahan diangkut ke pabrik untuk diolah melalui tahapan; penghancuran, pemanasan, penggilingan dan pengayakan. Proses selanjutnya disesuaikan dengan penggunaannya. Pengolahan lanjut bertujuan untuk meningkatkan mutu bentonit antara lain dengan proses pengaktifan dan proses pengubahan ion.

  1. Proses pengaktifan

    Seperti diketahui di alam dikenal Na-bentonit dan Ca-Mg bentonit. Proses pengaktifan dlakukan khusus untuk jenis bentonit yang tidak mengembang yaitu Ca-Mg bentonit yang mana jenis ini dibagi 2 macam yaitu yang aktif dan tidak aktif.

  2. Proses pengubahan ion

    Kation yang bervalensi tinggi atau berukuran kecil pada umumnya akan menggantikan kation yang bervalensi rendah atau yang berukuran besar.


     

  1. Kegunaan Bentonit

    Pemanfaat bentonit dalam bidang industri, sangat erat kaitannya dengan sifat yang dimilki oleh bentonit itu sendiri, yaitu :

    1. Komposisi dan jenis mineral

      Untuk mengetahui dan jenis mineral yang terkandung dalam bentonit, dilakukan pengujian dengan menggunakan difraksi sinar X. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara kualitatif komposisi mineral yang terkandung di dalamnya .

    2. Sifat kimia

      Pengujian terhadap beberapa sifat kimia yang terkandung di dalam bentonit perlu di lakukan untuk mengerahui kualitas yang dimilikinya.

    3. Sifat teknologi

      Pemanfaatan bentonit berkaitan dengan sifat teknologi yang dimilki bentonit tersebut, yaitu antara lain: sifat pemucatan, sifat bagian suspense, sifat mengikat dan melapisi untuk pembuatan makanan ternak untuk industry logam

    4. Sifat Pertukaran ion

      Pengujian terhadap sifat pertukaran ion bertujuan untuk mengetahui seberapa besar jumlah air yang dapat di serap sebagi bentonit sehingga akan tercapai kesetimbangan reaksi kimia yang di perlukan untuk proses selanjutnya.

    5. Daya serap

      Sifat daya serap yang dimiliki bentonit terjadi karena adanya ruang pori – pori antara ikatan mineral lempung, serta ketidak seimbangan antara muatan listrik dalam ion – ionnya. Daya serap tersebut pada umumnya berada pada ujung permukaan Kristal, serta diameter ikatan mineral lempung. Hal ini disebabkan karena bentonit dapat digunakan sebagai bahan penyerap dalam berbagai keperluan, baik dalam keadaan basah (suspensi) maupun Kering (tepung)

    6. Luas Permukaan

      Luas permukaan bentonit dinyatakan dalam jumlah luas permukaan Kristal, atau butir Kristal bentonit yang berbentuk tepung. Setiap gram massa bentonit tersebut (m2 /g). semakin tinggi luas permukaannya maka makin banyak pula zat – zat yang melekat pada bentonit. Sifat ini di manfaatkan sebagai pembawa (carrier) dalam insektisida dan pestisida serta sebagai bahan pengisi (filler) dalam industry kertas (pulp), dan bahan pengembang industry makanan dan plastic.

    7. Kekentalan dan suspense

      Sifat kekentalan dan daya serap yang tinggi sangat diharapkan terutama untuk pengeboran minyak,eksplorasi,industri cat dan industri kertas.

      Sebelum digunakan dalam berbagai aplikasi,bentonit harus di aktifkan dan diolah terlebih dahulu. Ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk aktivasi bentonit,yaitu :

      1. Secara pemanasan (heat activation and extrusion). Pada proses ini,bentonit dipanaskan pada temperature 300-3500C untuk memperluas permukaan butiran bentonit
      2. Secara kontak asam
      3. Tujuan dari aktivasi kontak asam adalah untuk menukar kation Ca+ yang ada dalam Ca-bentonite menjadi ion H+ dan melepaskan ion Al,Fe,dan Mg dan pengotor-pengotor lainnya dari kisi-kisi struktur,sehingga secara fisiknya,bentonite tersebut menjadi lebih aktif. Untuk keperluan tersebut,asam sulfat dan asam klorida adalah zat kimia yang umum digunakan. Selama proses bleaching tersebut,Al,Fe,dan Mg larut dalam larutan,kemudian terjadi penyerapan asam ke dalam struktur bentonite,sehingga rangkaian struktur (framework) mempunyai area yang lebih luas.

    Setelah bentonit selesai diaktivasi dan diolah,maka bentonite tersebut siap untuk digunakan untuk beberapa aplikasi selanjutnya,yaitu :

  1. Bentonit sebagai Bahan penyerap (adsorben) atau bahan pemucat pada industri minyak kelapa sawit

    Proses penyerapan zat warna (pigmen) merupakan proses yang sering digunakan,seperti penyerapan zat warna pada minyak hewani,minyak nabati,minyak bumi,dan lain-lain. Untuk keperluan tersebut dibutuhkan suatu bahan penyerap yang tepat dan murah

    Dalam keaadan awal,bentonite mempunyai kemampuan tinggi untuk menjernihkan warna. Kemampuan penyerapan warna ini dapat ditingkatkan melalui proses pengolahan dan pemasaran.

  2. Bentonit sebagai katalis

    Pengunaan lempung sebagai katalis telah lama diperkenalkan,yaitu pada proses perengkahan minyak bumi dengan menggunakan mineral montmorilonit yang telah diasamkan. Namun,penggunaan lempung sebagai katalisa memiliki kelemahan,yaitu tidak tahan terhadap suhu tinggi. Oleh karena itu,diperkenalkan jenis material baru,yakni lempung terpilar yang memiliki stbilitas thermal relatif lebih tinggi dari material asal.

  3. Bentonit sebagai bahan penukar ion

    Pemanfaatan bentonit sebagai bahan penukar ion didasarkan pada sifat pemukaan bentonit yang bermuatan negative,sehingga kation-kation dapat terikat secara elektrostatik pada permukaan bentonit. Sifat ini juga merupakan hal yang penting dalam pengubahan Ca-bentonit menjadi Na-bentonit. Bentonit di Indonesia memiliki daya penukar kation dengan ukuran kapasitas tukar kation(KTK) yang berbeda-beda untuk masing-masing daerah,yaitu berkisar antara 50-100meq/100 g. hal ini disebabkan karena perbedaan komposisi kandungan kimianya.

  4. Bentonit sebagai lumpur Bor

    Penggunaan mineral lempung adalah pada industry lumpur bor, yaitu sebagai lumpur pemilar dalam pengeboran minyak bumi, gas bumi, serta uap panas bumi.

    Bentonit yang telah di tambang, di persiakan untuk proses pengolahan dimana jika kondisinya masih basah, harus ditiriskan terlebih dahulu, sedangkan jika kondisinya telah kering maka dapat lansung dilakukan proses penghancuran. Setelah mencapai ukuran tertentu maka dilakukan proses pengeringan kembali.diman sumber panas tersebut bersal dari energy listrik. Langkah selanjutnya adalah setelah butiran bentonit telah sesuai dengan ukuran tertentu maka dimasukan kedaam reactor untuk proses aktivitasnya. Dalam hal ini fraksi harus sudah hilang untuk mempertinggi kualitas bentonit sebagi lumpur pengeboran. Kedalam reactor dimasukan sejumlah air dan H2SO4. Setelah proses ini selesai, maka dilakukan pengeringan kembali dengan sumber panas dari energy listrik.

    Aktivasi bentonit untuk lumpur bor adalah merupakan suatu perlakuan untuk mengubah Ca-bentonit menjadi Na-bentonit dengan penambahan alkali. Bahan alkali yang digunakan umumnya natrium karbonat dan natrium hidroksida . dengan perubahan tersebutdiharapkan sifat hidrasi, dispersi, reologi, swelling, dan lain – lainnya akan berubah, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan lumpur bor.

    Persyaratan bentonit untuk lumpur bor menurut API (American Petroleum Institute) adalah sebagai berikut :

    1. Kekentalan suspense bentonit untuk 10g dalam 350 ml air adalah 8,
    2. Dapat lewat melalui penyaringan melalui penyaringan melalui kertas saring (filter) yakni untuk larutan 10g dalam 350 ml air, harus lebih kecildari 14 ml,
    3. Sisa terampung oleh ayakan 200 mesh adalah <2,5%
    4. Kandungan uap air (Kelembaban) adalah <12%
    5. Bentonit sebagai Bahan Konstruksi Bangunan.

    Kepulauan Indonesia sebagaimana pada umumnya berada di daerah tropis mempunyai bermacam – macam jenis tanah, dimana diantaranya mempunyai sifat yang kurang baik. Diantaranya sifat fisik seperti plastisitasnya tinggi, degradasinya kurang baik, akibat sifat teknik yang dimikili juga menjadi kurang baik sperti daya dukung yang rendah. Seperti di ketahui tanah merupakan bahan konstruksi dalam bangunan sipil. Namun yang tersedia tidak terlalu seperti yang diharapkan. Bentonit merupakan salah satu jenis lemung yang tidak banyak terdapat di wilayah Indonesia. Bentonit mempunyai sifat fisik dan sifat teknik yang buruk jika digunakan sebagai bahan konstruksi. Bentonit juga bersifat expansif, yang mempunyai kemampuan mengembang cukup besar bila kondisinya jenuh,"Compressbilty"-nya tinggi dan sulit memadatkannnya, sehungga bentonit jenuh initidak akan mampu memikul gaya – gaya yang berkerja padanya.

    Pemakaian bentonit sebagai bahan konstruksi bangunan haruslah dikombinasikan dengan suatu bahan tertentu untuk memperbaiki sifat – sifat bentonit tersebut sebelum digunakan. Salah satu bahan yang digunakan adalah kapur, yang merupakan sisa atau limbah industry gas asitilen. Limbah pada proses pengolahan asitilen berbentuk butiran halus yang masih mengandung air. Secara fisik limbah ini menyerupai kapur, sedangkan kimia kimia limbah ini mengandung oksida – oksida logam dan persenyawaan kimia lainnya.

    Berdsarkan sifat fisik dan komposisi kimianya, limbah ini dapat digunakan sebagai bahan aditif kimia dalam stabilitas tanah. Karena dengan kandungn 70,90 %kalsium hidrat , 0,31 % magnesium Oksida, 0,66 % silica, 2,56% alumina, 1,76 % besi oksida, pH 12,5%, dan kadar air,3,76 %. Maka limbah ini memenuhi syarat untuk dapat digunakan sebagai bahan alternative kapur yang merupakan salah satu bahan aditif kimia yang digunakan untuk stabilitas tanah.

  5. Bentonit sebagai bahan perekat pasir cetak

    Untuk keperluan pasir cetak, teknik pengolahannya cukup sederhana yaitu : bentonit yang telah ditambang dipersiapkan dimana kondisinya masih basah, maka perlu dilalkukan penisrisan untuk mengurangi kadar airnya. Sedangkan jika kondisinya telah kering maka telah siap untuk dilakukan pengeringan selanjutnya, dimana sumber panas berasal dari energy listrik. Tahap berikutnya adalah penggerusan untuk memperkecil ukuran butiran, sampai 200 mesh. Hasil penggeruan ini dip roses lebih lanjut di dalam silkon.

  6. Bentonit untuk pembuatan tambahan makan ternak (urea Mollases block)

    Untuk dapat digunakan dalam pembuatan tambahan makanan ternak, bentonit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

    1. Kandungan bentonit yang digunakan dalam pembuatan tambahan makanan ternak <30%
    2. Ukuran butiran bentonit adalah 200 mesh
    3. Memiliki daya serap > 60%
    4. Memiliki kandungan mineral montmorilonit sebesar 70%
    5. Bentonit untuk industri kosmetik

      Untuk dapat digunakan dalam industri kosmetik,bentonit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

  • mengandung mineral magnesium silikat (Ca-bentonit)
  • mempunyai pH netral
  • kandungan air dalam bentonit adalah <5%
  • tidak mengalami perubahan panas selama dan setelah pemanasan
  • ukuran butiran bentonit adalah 325 mesh.


 


 

2.10.8    Sebaran

  1. Daerah Istimewa Aceh : Daerah Tupin dan daerah Reusip
  2. Sumatera Utara : daerah Pangkalan Brandan
  3. Riau : daerah kabupaten Inderagiri Hulu
  4. Sumatera Selatan : Kebon Agung Kabupaten Tanjungenim
  5. Bengkulu : Tabah Pananjung kabupaten Bengkulu Utara
  6. Jawa Barat : Jasingga Kabupaten Bogor
  7. Jawa Tengah : Sumber Lawang Kabupaten Sragen
  8. Daerah Istimewa Yogyakarta : Gembyong Kabupaten Gunung Kidul
  9. Jawa Timur : Jahurpang
  10. Sulawesi Utara : Kecamatan Modayang, Kabupaten Boloangmangandow


     


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  1. FELDSPAR


 

Gambar 20 Feldspar


 

Pembangunan sektor industri pemakaian feldspar di Indonesia dewasa ini menunjukan peningkatan yang berarti, terutama dalam industri keramik, dengan pemakaian di atas 85%. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi pengembangan usaha pertambangan feldspar di masa mendatang, sesuai dengan laju pertumbuhan industri keramik sebagai konsumen terbesar feldspar.


 

2.11.1. Genesa

Feldspar berasal dari bahasa jerman yaitu "field" dan "spath". Field berarti bidang dan spath yang berarti suatu batu karang yang tidak berisi. Fieldspathic mengacu pada material yang berisi feldspar. Feldspar adalah nama kelompok mineral yang terdiri atas Kalium (potasium:K), Natrium(sodium:Na), dan kalsium alumino silikat. Pada umumnya kelompok mineral ini terbentuk oleh proses pneumatolistis dan hydrothermal yang membentuk urat pegmatite. Pegmatit hanya tersusun oleh alkali feldspar dan kuarsa. Feldspar di temukan pada batuan beku, batuan erupsi, dan metamorfosa, baik yang bersifat asam maupun basa. Batuan granit mengandung 60% feldspar yang berasosiasi dengan kuarsa, mika khlorit, beryl, dan rutil, sedangkan pada batuan pegmatit berasosiasi dengan kuarsa, mika dan topaz. Feldspar merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak . Namanya juga mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap lapangan. Jumlahnya didalam kerak Bumi hampir 54 %. Berdasarkan keterdapatannya endapan feldspar dapat dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu :

  • Feldspar Primer
  • Feldspar Diagenetik
  • Feldspar Aluvial

    Setiap jenis endapan feldspar mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Feldspar primer terdapat dalam batuan granitis, feldspar diagenetik terdapat dalam batuan sedimen piroklastik, sedangkan feldspar alluvial terdapat dalam batuan yang telah mengalami metamorfosa. Dari seluruh jenis feldspar di atas yang dikenal memiliki nilai ekonomis adalah feldspar yang berasal dari batuan asam. Berdasarkan kandungan unsur-unsur tersebut, secara mineralogy feldspar dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok :

  1. Alkali feldspar

    Kelompok alkali feldspar adalah sanidin sebagai kalium-natrium feldspar dan ortoklas sebagai kalium-natrium feldspar.

  2. Plagioklas

    Kelompok feldspar plagioklas terklasifikasikan mulai dari albit (natrium feldspar) hingga anortit (kalsium feldspar).


     

  3. Karakteristik

    Seluruh jenis feldspar umumnya mempunyai sifat fisik yang hampir sama, yaitu nilai kekerasan sekitar 6 – 6, 5 skala mohs dan berat jenisnya sekitar 2, 4 – 2, 8 gram/ml, sistem kristal antara triklin atau monoklin, sedangkan warna bervariasi mulai dari putih keabu-abuan, merah jambu, coklat kuning dan hijau.

    Feldspar secara kimiawi dibagi menjadi empat kelompok mineral yaitu kalium feldspar (KAlSi3O8), natrium feldspar (NaAlSi3O8), kalsium feldspar (CaAl2Si2O8) dan barium feldspar (Ba Al2Si2O8). Feldspar dapat membentuk tanah liat karena proses pelapukan kimiawi.


     

  4. Penambangan

    Penambangan bahan galian feldspar dilakukan dengan cara tambang terbuka. Penambangan didahului dengan pengupasan lapisan tanah penutup yang berupa lempung. Apabila ditemukan lapisan feldspar akan dilakukan penambangan secara selektif.

    Penambagan selanjutnya dilakukan dengan system teras, dengan ketinggian dan lebar teras 3 X 5 m. system penambangan ini dapat menghasilkan suatu front penambangan yang aman dan memudahkan pekerjaan selanjutnya. Lapisan tanah penutup atau endapan feldspar yang berkualitas rendah dibuang/dipindahkan ke suatu tempat yang tidak menggangu jalannya penambangan. Endapan feldspar yang baik dan halus digali dan disortir ditempat pengalian. Setelah disortir, kemudian diangkut ke tempat penimbunan (gudang). Pengangkutan dari tempat penambangan ke gudang penimbunan bias dilakukan dengan tenaga manusia dengan menggunakan peralatan pengki (untuk local) dan dari gudang, bahan galian diangkut ke komsumen dengan menggunakan truk.


     

  5. Pengolahan

    Pada umumnya, pengolahan feldspar adalah menghilangkan kadar material pengotor, seperti : besi, biotite, tourmaline, mica/muscovite dan kwarsa. Apabila kadar unsur Fe2O3 terlalu tinggi, maka akan mengakibatkan perubahan warna pada proses pembuatan badan keramik. Cara pengolahan dapat dilakukan dengan sederhana, yaitu dengan penggilingan, pencucian dan pengayakan.

    Cara pengolahan yang sudah umum dilakukan terhadap jenis batuan feldspar yang telah mengalami ubahan adalah proses penghilangan lanau dikombinasikan dengan proses flotasi buih.Flotasi buih adalah proses yang memanfaatkan media gelembung udara untuk mengapungkan secara selektif mineral yang bersifat hidrofobi. Selain gelembung udara, proses flotasi membutuhkan pereaksi kimia seperti pengatur pH, surfakan dan pembuih.


     

  6. Kegunaan

    Mutu feldspar di tentukan oleh kandungan oksida kimia K2O dan Na2O yang relatif tinggi (di atas 6%), oksida Fe2O3, dan TiO2. Felspar dari alam setelah diolah dapat dimanfaatkan untuk batu gurinda dan felspar olahan untuk keperluan industri tertentu. Feldspar di gunakan di berbagai industri, banyak di perlukan sebagai bahan pelebur/perekat pada suhu tinggi dalam pembuatan keramik halus seperti barang pecah belah, saniter, isolator dan juga di gunakan dalam industri gelas/kaca. Di Amerika feldspar juga termasuk dalam bahan campuran pembersih peralatan rumah tangga.


     

    Kegunaan Feldspar untuk industri :

  • Industri Keramik

    Jenis feldspar yang di gunakan dalam industri keramik adalah orthoklas/mikrolin dan albit/plagioklas asam (natrium
    feldspar). feldspar dalam bentuk plagioklas basa dengan kadar kalium tinggi tidak di pakai.

  • Industri Gelas

    Dalam industri gelas terdapat beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi, yaitu :

    a. Syarat kimia atau komposisi oksida (%)

        - SiO2, antara 68,00 – 69,99%

        - Al2O3, di atas 17%

        - (K2O + Na2O), di atas 11%

        - Fe2O3, antara 0,1 – 0,2%

    b. Syarat fisik

    Ukuran butir:

    + 16 mesh – 0

    + 20 mesh – 1%, maksimum

    - 100 mesh – 25%, maksimum

  • Industri Kaca Lembaran

    - AlO3 lebih besar dari 18%

    - Fe2O3 lebih kecil dari 0,8%

    - K2O (alkali
    komponen) lebih besar 10%

    Penggunaan sebagai bahan pengisi (fillter) di utamakan yang ukuran butirnya berkisar antara 200 mesh sampai 10 mikeron.


     


     

  1. Sebaran
    1. Sebaran di Indonesia

      Sebaran batuan ini hampir terdapat di seluruh negara Indonesia dengan bentuk endapan berbeda dari satu daerah dengan daerah lain tergantung jenis endapan. Menurut data dari Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral menunjukkan cadangan terukur (proved), tereka (probable) dan terindikasi (possible) masing-masing sebesar 271.693, 11.728 dan 56.561 ribu ton.


       


       


       


       


       


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     

        Gambar 20 Sebaran Feldspar di Indonesia


     

    1. Sebaran di NTT

      Sebaran felspar Nusa Tenggara Timur antara lain
      Terdapat didaerah Wolosoko, Kecamatan Wolowaru, Maubasa, Kecamatan Ndori. Dengan jumlah deposit sumber daya hipotetik dari masing-masing kecamatan adalah Kecamatan Wolowarusebesar 2.000.000ton KecamatanLio Timur 500 ton. Terdapat didaerah Paga, Sikka dengan jumlah sumber daya hipotetik 2.100.000. Terdapat didaerah Desa Tawui, Sumba Timur     dengan jumah sumber daya tereka 13.884.000.


     


     


     


     


     


     

    2.12. MANGAN


     


     


     


     


     


     

    Dalam tabel periodik unsur kimia, Mangan memiliki lambang Mn dengan nomor atom 25. Unsur kimia adalah zat kimia yang tidak dapat dapat diubah menjadi zat kimia lain dengan cara biasa dan tidak dapat dipisah menjadi zat yang lebih kecil. Unsur-unsur kimia dalam bentuk tabel ditampilkan dalam bentuk tabel periodik unsur-unsur kimia. Nomor atom adalah angka yang menunjukkan jumlah proton dalam inti atom. Yang berarti bahwa Mangan memiliki 25 jumlah proton dalam inti atomnya.

    Mangan ditemukan sebagai unsur bebas dalam sifat dasarnya dan sering dicampur dengan besi, seperti mineral-mineral lainnya. Sebagai unsur bebas, Mangan adalah logam yang penting dalam penggunaan dengan campuran logam-logam industri, terutama di dalam baja-baja anti karat.

    Mangan fosfat sering digunakan sebagai perawatan dalam pencegahan karat dan kerusakan di besi. Ion di Mangan mempunyai banyak warna, tergantung dalam keadaan oksida mereka, dan sering digunakan sebagai zat-zat warna dalam industri. Oksida-oksida dari sodium, kalium, dan barium adalah oksidasi-oksidasi untuk bahan bakar yang sangat kuat. Dioksida mangan digunakan sebagai materi penangkap elektron dalam standar dan komponen kimia bersifat alkali yang mempunyai kelembaban uap air rendah dan bisa dibuang, dan juga baterai-baterai, keramik, gelas, kimia, dan lain-lain.

    Ion-ion dari mangan berfungsi sebagai faktor-faktor penunjang untuk beberapa enzim-enzim dalam makhluk-makhluk hidup bertingkat tinggi, dimana mereka berfungsi sebagai hal-hal penting dalam detoksifikasi radikal-radikal bebas. Elemen tersebut adalah jejak mineral yang diperlukan untuk semua makhluk-makhluk hidup bertingkat tinggi yang diketahui. Dalam kwantitas besar, dan rupanya dengan aktivitas-aktivitas dengan cara penghirupan, mangan dapat menyebabkan sindrom peracunan dalam binatang-binatang menyusui, dengan kerusakan sistem deteksi detak jantung yang kadang-kadang tidak dapat diubah.


     

    2.12.1. Genesa

    Genesa mangan terbagi atas dua bagian yaitu Cebakan dan Nodul

    1. Menurut Park ( 1956 ), cebakan mangan terbagi menjadi lima tipe , yaitu :
    2. Cebakan Hidrotermal
    3. Cebakan Sedimenter
    4. Cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut
    5. Cebakan Metamorfosa
    6. Cebakan Laterit dan akumulasi residual

    Dari kelima tipe cebakan tersebut, sumber mangan yang bersifat komersial berasal dari cebakan sedimenter yang terpisahkan dari aktivitas vulkanik dan cebakan akumulasi residual. Cebakan sedimen laut mempunyai ciri khusus yaitu berbentuk perlapisan dan lensa-lensa. Seluruh cebakan bijih karbonat berasosiasi dekat dengan batuan karbonat atau gravity, dan kadang-kadang mengandung lempung yang menunjukkan adanya suatu pengurangan llingkungan pengendapan dalam cekungan terdekat. Sebaliknya, cebakan bijih oksida lebih umum dan berasosiasi dengan sedimen klastik berukuran kasa, dengan sedilit atau sama sekali bebas dari unsure karbon organik.

    1. Nodul

      Istilah nodul mangan umum digunakan walaupun sebenarnya kurang tepat, karena selain mangan masih terkandung pula unsure besi, nikel, kobalt, dan molybdenum, sehingga akan lebih sesuai bila dinamakan dengan nodul poli-metal. Secara individu, nodul mempunyai kilap suram dengan warna cokelat tanah hingga hitam kebiruan. Tekstur permukaan dari halus hingga kasar. Setiap nodul mengandung satu atau lebih sisa-sisa makhluk air laut, fragmen batuan atau nodul lainnya. Nodul ini diliputi oleh lapisan mangan, besi, dan logam oksida lainnya yang berbentuk konsentris namun tidak terus-menerus.

    Ada 4 mineral bijih yang mengandung Mangan, yaitu :

    1. Pirolusit

      Pirolusit merupakan salah satu anggota kelompok senyawa Mangan yang dapat pula terbentuk karena proses pelapukan bijih sejenis yang kemudian membentuk endapan residu. Warnanya abu – abu kehitaman, Kekerasannya 5 – 6. Pirolusit lebih cemerlang dibanding Hollandite.

    2. Hollandite

      Hollandite memiliki kilap logam ( Brilliant metallic ) terdapat bersama pirolusit dalam massa kristalin berbutir kasar. Hollandite relative lebih lunak dari Pirolusit.

    3. Kriptomelan

      Kriptomelan berbentuk urat- urat kecil atau massa berserabut, kristal seperti jarum. Warnanya abu – abu kebiruan.

    4. Psilomelan

      Psilomelan berwarna hitam, massanya massif keras. Psilomelan sulit dibedakan dengan Kriptomelan karena bentuk dan warnanya hampir sama. Namun, sifat Anisotropi Psilomelan lebih lemah dari Kriptomelan.


     

    2.12.2. Karakteristik

    Mangan adalah salah satu mineral yang termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih mangan utama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu. Mangan mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai submetalik, kekerasan 2 – 6, berat jenis 4,8, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida lainnya namun berperan bukan sebagai mineral utama dalam cebakan bijih adalah bauxit, manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat adalah rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silica.


     


     


     

    2.12.3. Penambangan dan Pengolahan

    Cebakan bijih mangan berbentuk kantong-kantong kecil dan lensa-lensa yang tersebar dalam batuan induknya. Pada umumnya bervariasi, tidak hanya dalam tubuh bijih secara keseluruhan, namun dalam tubuh bijih secara individu.

    Tambang Mn pada umumnya merupakan suatu bentuk kuari yang besar, dengan banyak lokasi penggalian di dalamnya yang tersebar secara tidak beraturan dan dilakukan secara manual. Di Indonesia cadangan Mn umumnya ditambang secara terbuka dengan peralatan manual hingga semi-mekanis. Namun, ada juga yang ditambang dengan sistem penambangan bawah tanah, yaitu di daerah Singkil, Malang. Mn yang ditambang, umumnya berkadar MNO2 74 – 90 %, sehingga pengolahan mangan hanya berbentuk pemilahan dan pencucian untuk menghilangkan unsur penngotor, seperti lempung dan pasir.


     


     


     

    Eksplorasi Pembersihan tanaman atau tumbuhan


     


    Timbun balik
    Pengupasan tanah penutup


     

    Ekstrasi bijih


     


     

    Pemecahan primer


     

    Pengolahan     penimbunan


     

    Pengangkutan ke pelabuhan


     

    pengapalan

    Gambar 23 Tahap-tahap Umum Pertambangan Mangan


     

    2.12.4. Kegunaan

    Mangan mempunyai banyak kegunaan diantaranya :

    1. Untuk produksi besi dan baja

      Mangan diperlukan untuk produksi besi dan baja dari kebaikan pembetulan belerangnya (sulfur-fixing), proses penghilangan oksigennya (deoxidizing) dan campuran properti-propertinya. Pembuatan baja, termasuk komponen pembuatan besinya, terhitung sebagai permintaan terbesar, yang sekarang ada dalam jarak 85% s/d 90% dari total permintaan. Dari beragam-ragam penggunaannya, mangan adalah kunci komponen dari perumusan anggaran rendah baja tahan karat.

      Kwantitas kecil dari mangan memajukan kemungkinan baja untuk bekerja pada suhu tinggi, karena membentuk pelelehan sulfida yang tinggi dan kemudian mencegah pembentukan sulfida besi yang cair pada batas uratnya. Jika kadar mangan mencapai 4%, proses perapuhan bajanya menjadi fitur yang menonjol. Proses perapuhan berkurang pada konsentrasi mangan lebih tinggi dan mecapai tingkat yang dapat diterima pada 8%. Kenyataan bahwa baja mengandung 8% - 15% mangan adalah dingin mengeraskan, bisa memiliki kekuatan tinggi yg dapat diregangkan dari / sampai dengan 863 MPa, baja dengan 12% mangan dahulu kala digunakan untuk helem-helem baja di Inggris. Komposisi baja ini pertama kali ditemukan pada tahun 1882 oleh Robert Hadfield, yang sekarang masih diketahui sebagai baja Hadfield.


     

    1. Dalam campuran Aluminium

      Pemakaian terbesar ke dua untuk mangan adalah sebagai agen untuk aluminium. Aluminium dengan kadar mangan sekitar 1.5% mempunyai tingkat perlawanan yang lebih tinggi melawan karatan dan kerusakan disebabkan oleh pembentukan urat yang menyerap kotoran yang dapat mengakibatkan karatan galvanis. Perlawanan anti-karat campuran aluminium 3004 dan 3104 dengan kadar mangan dari 0.8% -1.5% adalah campuran yang digunakan untuk sebagian besar sebagai kaleng-kaleng minuman. Untuk tahun-tahun s/d 2000, lebih dari 1,6 juta metrik ton telah digunakan untuk campuran-campuran tersebut, dengan 1% kadar mangan, kwantitas ini memerlukan 16,000 metrik mangan ton.


     

    1. Penggunaan lainnya
      1. Kwantitas besar dari dioksida mangan diproduksikan sebagai depolarisasi di baterai-baterai zat besi karbon, dan dalam baterai bersifat alkali. Pada tahun 2002, lebih dari 230,000 mangan dioksida ton digunakan untuk maksud ini. Mangan dioksida tersebut dikurangi sampai ke oksid-hidroxida mangan MnO(OH) selama decharging, untuk mencegah pembentukan hidrogen pada elektron positif di baterai.
      2. Logam ini jarang digunakan sebagai koin, tetapi negara seperti Amerika Serikat pernah menggunakan logam mangan sebagai nekel selama masa perang pada tahun 1942-1945. Tetapi akibat dari kekurangan bahan mentah selama perang, nekel campuran tersebut (75% tembaga dan 25% nekel) yang digunakan untuk membuat nekel sebelumnya digantikan dengan logam perak yang tidak segenting, dan mangan (56% tembaga, 35% perak dan 9% mangan). Sejak tahun 2000 koin-koin dolar, contohnya Sacagawea dolar dan koin Presidential $1, dibuat dari kuningan yang terdiri dari 7% mangan dengan inti tembaga murni.
      3. Gabungan mangan telah digunakan sebagai pigmen dan zat warna keramik-keramik dan gelas untuk waktu yang lama, dan warna coklat dari keramik kadang-kadang masih didasarkan dari gabungan-gabungan mangan. Dalam industri gelas, dua pengaruh dari gabungan-gabungan mangan masih digunakan. Mangan bereaksi dengan besi. Reaksi ini menimbulkan warna hijau terang dalam gelas dengan membentuk besi dengan sedikit warna dan sedikit magan berwarna dadu, mengganti peninggalan warna besi tersebut. Kwantitas lebih besar dari mangan dipergunakan untuk menghasilkan gelas berwarna dadu.
      4. Pada produksi gelas, mangan mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai penghilang unsur – unsur organik dalam adonan gelas, bahan penghilang warna dengan mengoksidasi ion besi sehingga gelas terhindar dari warna hijau , dan sebagai bahan pewarna.
      5. Mangan sebenarnya digunakan untuk bahan pewarna, terutama untk pembuatan gelas – gelas industri dan kemasan, tetapi tidak digunakan untuk pembuatan kaca lembaran.
      6. Dalam bidang kimia, mangan digunakan untuk pengolahan air serta sebagai imbuh pada pupuk dan bahan bakar.


         


         


         


         


         

    BAB III


     

    PENUTUP

    Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa batuan yang terbentuk pada proses hidrotermal adalah batuan yang prosesnya dipicu oleh adanya intrusi jauh di bawah permukaan menjadi proses utama yang menyebabkan adanya pergerakan fluida ke dekat permukaan. Aliran fluida tersebut membawa logam-logam dan kemudian mengendap dan membentuk endapan-endapan yang dikelompokkan sebagai endapan hidrothermal. Proses ini berasosiasi dengan intrusi pada tahapan awal, mineralisasi Porfiri, pegmati, copper(Cu) didominasi oleh fluida magmatic kemudian berreaksi dengan juvenile water dan conate water ketika larutan tersebut bergerak melalui rekaan-rekaan batuan, pada tahapan lanjut dapat memperkaya konsentrasi logam menuju kadar yang lebih tinggi menjadi bijih. Beberapa tipe endapan hidrothermal yang lain juga memiliki kontribusi yang signifikan untuk supplai pada batuan yang terbentuk dari proses hidrotermal yang didasarkan pada jauh dekatnya magma, temperatur dan komposisi mineraloginya, antara lain :

    1. Endapan Hypothermal (T 1000C-2000C)
    2. Endapan Mesothermal (T 2000C-3000C)
    3. Endapan Epithermal (T 3000C-5000C)

    Adapun bentuk-bentuk endapan mineral yang dapat dijumpai sebagai endapan hidrotermal ialah :

    1. Proses Cavity filling, yang dapat dikelompokan menjadi :
      1. Veins
      2. Shear Zone deposits
      3. Stockwork
    2. Proses replacement terdiri dari :
      1. Endapan massive
      2. Replacement lode deposits
      3. Disseminated replacement deposits

    Contoh mineral yang terbentuk dari proses hydrothermal yang dibahas dalam makalah ini antara lain emas, tembaga, perak, barit, toseki, kaolin, gypsum, dolomite, belerang, bentonit, feldspar dan mangan. Pada tiap mineral-mineral ini memiliki genesa, karakteristik, dan kegunaan yang berbeda, yang mana kegunaan dari tiap mineral ini sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan juga dalam ilmu pengetahuan.